Bprnews.id - ASEAN Capital Market Forum (ACMF) 2023 yang baru saja berlangsung di Bali, perhelatan ini telah membuka lembaran baru dalam pengembangan pasar modal ASEAN dengan empat pencapaian pentingnya. Dirancang dan dilaksanakan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK), regulator pasar modal Indonesia dan juga pemimpin ACMF tahun ini, forum ini merupakan amanat penting dalam kerangka kerjasama pasar modal ASEAN.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK, Inarno DjajadiACMF mengatakan pihaknya telah mengadakan high level meeting dan berhasil mencapai empat captain tersebut. Hasil ACMF level tertinggi ini dia sebut dapat menjadi pedoman bagi regulator pasar modal di Asia Tenggara.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif dan Bursa Karbon OJK, Inarno DjajadiACMF mengatakan pihaknya telah mengadakan high level meeting dan berhasil mencapai empat captain tersebut. Hasil ACMF level tertinggi ini dia sebut dapat menjadi pedoman bagi regulator pasar modal di Asia Tenggara.
Pertama, penerbitan ASEAN Transition Finance Guidance, yakni buku pedoman bagi regulator pasar modal dalam menerapkan sistem keuangan berkelanjutan. Pedoman ini juga menekankan rencana transisi ekonomi rendah karbon.
Kedua, OJK bekerja sama dengan anggota regulator pasar saham ASEAN lainnya baru-baru ini menyepakati revisi ASEAN Corporate Governance Scorecard (ACGS), yaitu standar penerapan tata kelola perusahaan berdasarkan prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang dikeluarkan oleh Organization for Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD). Revisi ini menjanjikan peningkatan pemahaman dan penerapan praktik terbaik tata kelola perusahaan di seluruh dunia usaha ASEAN.
"Scorecard ini akan dipakai untuk top public listed company di Asean yg akan dimulai untuk tahun 2024," jelas Inarno di Konferensi Pers ASEAN Capital Market Forum 2023, Hotel Padma Legian, Bali, (17/10/2023).
Adapun scorecard dipakai untuk menilai praktik tata kelola perusahaan bagi perusahaan publik di Asia Tenggara. Di dalamnya, ada kima aspek penilaian, antara lain hak pemegang saham, perlakuan yang adil terhadap pemegang saham, peran pemangku kepentingan, pengungkapan dan transparansi, serta tanggung jawab direksi dan dewan komisaris.
Peran scorecard dalam mengevaluasi praktik tata kelola perusahaan pada perusahaan publik di Asia Tenggara. Kartu skor ini berfokus pada lima aspek penting: hak-hak pemegang saham, perlakuan adil terhadap pemegang saham, peran pemangku kepentingan, keterbukaan dan transparansi, serta tanggung jawab direktur dan dewan komisaris.
Ketiga, Dalam dunia yang semakin sadar akan lingkungan dan keberlanjutan, pentingnya pelaporan lengkap dan transparan tentang upaya keberlanjutan sebuah perusahaan tidak dapat disangkal. Inilah mengapa ACMF berupaya keras untuk mendorong peningkatan dalam sustainability disclosure, atau pengungkapan keberlanjutan. Mereka telah bermitra dengan International Sustainability Standards Board (ISSB) - sebuah organisasi independen yang berada di bawah pengawasan International Financial Reporting Standards (IFRS) dan yang dikhususkan untuk mengembangkan dan mencapai konsensus mengenai standar pelaporan keberlanjutan yang diterima secara global.
Terakhir, Skema Investasi Kolektif ASEAN Dana Berkelanjutan dan Bertanggung Jawab (CIS-SRF) untuk Green Lane. Buku pegangan ini merupakan panduan regulasi yang bertujuan memfasilitasi keuangan berkelanjutan. Tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan akses pasar terhadap produk investasi kolektif ramah lingkungan yang berkelanjutan. Dengan membuka potensi peluang investasi yang lebih berkelanjutan, Terakhir berupaya merevolusi cara kita mendekati pembiayaan ramah lingkungan dalam konteks ASEAN.