Bprnews.id - PT Bank Sahabat Sampoerna (Bank Sampoerna), sebuah bank yang dikendalikan oleh crazy rich Sampoerna melaporkan laba bersih yang mengesankan sebesar Rp37,3 miliar pada kuartal ketiga tahun 2023, menandai pertumbuhan yang kuat sebesar 32,22% year-on-year dibandingkan Rp28,21 miliar pada periode yang sama tahun sebelumnya.
Berdasarkan laporan kuartal III tahun 2023 dengan pendapatan bunga bersih (NII) yang mencapai Rp 568,52 miliar, turun 7,9%yoy analisis kami bertujuan untuk mengungkap faktor-faktor mendasar yang menyebabkan penurunan ini. Selain itu, bank juga mengalami penurunan margin bunga bersih (NIM) menjadi 5,27% atau mengalami kontraksi sebesar 203 basis poin.
Namun, bank telah mencatatkan perbaikan beban pemulihan kerugian penurunan nilai atau impairment dari Rp 248,7 miliar pada kuartal III/2022 menjadi Rp 165,23 miliar pada kuartal III/2023.
Selain itu, terjadi penurunan signifikan pada beban operasional lainnya, dari Rp568,69 miliar menjadi Rp507,31 miliar. Dampaknya, rasio biaya operasional terhadap pendapatan operasional (BOPO) terkontraksi sebesar 11 basis poin ke level 94,69% yang mengindikasikan peningkatan efisiensi operasional bank.
Sejalan dengan keuntungannya, Bank Sampoerna melaporkan peningkatan penyaluran kredit sebesar 23,1% yoy menjadi Rp 11,3 triliun pada kuartal III tahun 2023. Sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) mendapat porsi terbesar pinjaman yang diberikan oleh Bank Sampoerna sekitar Rp 6,8 triliun atau 60% pinjaman tersebut diterima secara langsung maupun tidak langsung oleh UMKM. Tren peningkatan ini menandakan peran dan potensi UMKM dalam membentuk perekonomian Indonesia, dan pentingnya dukungan keuangan yang disesuaikan terhadap pertumbuhan dan perluasan sektor ini.
“Peningkatan penyaluran kredit yang signifikan menunjukkan bahwa pelaku usaha dan industri cepat beradaptasi penuh dengan situasi ekonomi,” kata CEO Bank Sampoerna Ali Yong dalam keterangan tertulis pada Rabu (8/11).
Direktur Keuangan dan Perencanaan Bisnis Bank Sampoerna, Henky Suryaputra menyoroti strategi ekspansi bank, dengan fokus pada pengelolaan risiko yang efektif dan pengawasan yang ketat. Aspek menarik dari model bisnis mereka adalah layanan khusus mereka kepada usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), yang secara historis memiliki rasio kredit bermasalah (NPL) yang relatif tinggi. Meskipun demikian, Bank Sampoerna mampu mempertahankan rasio NPL bruto yang sangat rendah yaitu sebesar 3,6% dan NPL net sebesar 1,9% pada September 2023.
Bank juga membukukan cadangan penurunan nilai kredit senilai Rp361 miliar, meningkat 7,2% dibandingkan cadangan pada tahun sebelumnya.
“Bank memandang pencadangan yang mencapai 88,7% dari total kredit bermasalah ini memadai. Apalagi jumlah kredit yang direstrukturisasi sendiri telah terus berkurang sejalan dengan pemulihan kondisi ekonomi selepas pandemi Covid-19,” ujar Henky.
Dari sisi pendanaan, Bank Sampoerna telah mendulang dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp12,4 triliun, meningkat sebesar 28,4% yoy. Selain itu, patut dicatat bahwa aset Bank yang tercatat sebesar Rp17,13 triliun pada triwulan III-2023, menunjukkan pertumbuhan yang luar biasa dibandingkan triwulan III-2022 yang asetnya sebesar Rp13,35 triliun.
Bprnews.id - Perusahaan perbankan digital unggulan Indonesia, PT Bank Raya Indonesia Tbk. (AGRO), memulai babak baru dengan resmi merubah logo pada Rabu (8/11). Logo yang kini menampilkan kata "bank" dan menambahkan logogram BRI Group, ini bukan sekadar perubahan estetika tetapi juga simbol dari komitmen Bank Raya untuk memperkuat bisnis digital mereka.
Fokus utamanya adalah pada produk dan layanan perbankan digital agar menjadi mitra yang dapat mendukung pertumbuhan para pelaku usaha serta menjadi partner finansial bagi masyarakat dan komunitas. Pendekatan strategis ini diharapkan akan menjadi pilar bagi pertumbuhan berkelanjutan Bank Raya ke depannya.
Dalam lanskap keuangan yang berkembang pesat, Bank Raya terus melakukan inovasi layanan melalui penyempurnaan aplikasi perbankan secara berkelanjutan, dengan memperkenalkan solusi perbankan digital end-to-end yang terintegrasi inisiatif strategis seperti kemitraan dan akuisisi end-user melalui ekosistem BRI Group dan platform digital lainnya yang bertujuan untuk meningkatkan skala bisnis telah dilaksanakan.
Ida Bagus Ketut Subagia, Direktur Utama Bank Raya, mengakui sejak transformasi AGRO menjadi bank digital, pertumbuhan bisnis digitalnya berada pada jalur yang tepat, sejalan dengan misi bank sebagai penyerang digital BRI Group lebih lanjut ia menguraikan pertumbuhan signifikan kinerja bisnis digital bank pada kuartal III 2023.
"Dari sisi digital lending, terdapat kenaikan pinjaman sebesar 45,3% (yoy) sehingga pinjaman digital Bank Raya tercatat sebesar Rp943,5 miliar. Pertumbuhan ini tidak leas dari hasil scale up bisnis melalui ekosistem digital," jelas Bagus dalam acara Peresmian Perubahan dan Peluncuran Fitur Baru Saku Bisnis, Jakarta Selatan, Rabu (8/11).
Salah satu statistik yang mencerminkan peningkatan tersebut terlihat dari peningkatan tabungan digital yang tumbuh sebesar 77,5% Year Over Year (YOY) mencapai Rp 775,4 miliar hingga kuartal III 2023. Menurut Bagus, lonjakan tersebut tidak hanya tercermin pada nilai moneter, tetapi juga jumlah pengguna, dengan 770 ribu CIF dilaporkan hingga September 2023, jumlah transaksi di aplikasi Bank Raya melonjak hingga 287,8% peningkatan angka ini menunjukkan potensi dan prevalensi perbankan digital di tengah perekonomian Indonesia yang mengalami modernisasi dengan cepat.
Pada Kesempatan yang sama Bank Raya, mengambil kesempatan untuk memperkenalkan fitur baru sebagai tambahan integral pada Fitur Saku Raya yang sudah ada. Dirancang dengan mempertimbangkan nasabah perbankan pribadi kami, Saku Bisnis bertujuan untuk meningkatkan cara Anda mengelola pembiayaan dan transaksi sehari-hari, khususnya menyasar wirausahawan pemula yang berupaya mengoptimalkan keuangan bisnis mereka peningkatan fitur akan dilakukan secara bertahap dalam beberapa tahap.
fitur-fitur baru yang inovatif dari platform perbankan bisnis Bank Raya mencakup menu pembuatan kantong bisnis dan menu transfer massal mempermudah proses secara signifikan bagi pemilik bisnis, fitur ini menawarkan transfer real-time hingga sepuluh akun target sekaligus baik berurusan dengan transaksi penggajian atau pembayaran pemasok.
Lebih lanjut, Saku Bisnis juga memberikan kemampuan untuk memisahkan anggaran bisnis Anda dengan membuat hingga lima kantong usaha yang berbeda dan mutasi rekening, sehingga membantu Anda memantau operasional keuangan bisnis Anda secara efektif dan efisien.
"Kami melihat peluang dari pelaku usaha yang berorientasi pada pertumbuhan bisnis dan sudah memiliki literasi digital. Maka, dengan pengelolaan keuangan yang efektif dan efisien secara digital, dapat menopang fundamental bisnis mereka secara keseluruhan dan usaha mereka berkembang lebih pesat," ujar Bagus.
Bprnews.id - Pertumbuhan kredit perbankan diperkirakan akan menunjukkan tren positif di tengah laju pertumbuhan ekonomi yang diperkirakan melebihi 5% year-on-year pada kuartal keempat tahun 2023. Proyeksi tersebut didukung oleh meningkatnya kepercayaan konsumen terhadap kondisi perekonomian saat ini.
Peneliti Lembaga ESED dan Praktisi Perbankan BUMN, Chandra Bagus Sulistyo berpendapat bahwa aktivitas perekonomian nasional menunjukkan tanda-tanda pemulihan, terutama didorong oleh peningkatan aktivitas perekonomian jelang pemilu.
“Pertumbuhan kredit masih akan prospektif, di mana kita tahu bahwa Otoritas Jasa Keuangan kredit tumbuh 9-11%,” ujarnya pada Bisnis, Rabu (8/11/2023).
Di sisi lain Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), Trioksa Siahaan. Meskipun memproyeksikan arah kredit yang positif, Siahaan yakin pertumbuhannya akan terbatas pada kisaran 7% hingga 9
Dia menuturkan, pertumbuhan kredit yang diprediksi akan menyentuh satu digit karena prediksi kenaikan suku bunga hingga 25 basis poin ke level 6%.
“Kondisi seperti ini yang mungkin bisa [dibidik perbankan] adalah sektor-sektor yang erat hubungannya dengan konsumsi masyarakat seperti pertanian, perkebunan dan retail,” katanya
Adapun, Otoritas Jasa Keuangan OJK memproyeksikan pertumbuhan kredit perbankan sebesar dua digit pada akhir tahun 2023 sejalan dengan rencana bisnis perbankan (RBB).
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK Dian Ediana Rae yakin permintaan kredit biasanya meningkat di akhir tahun, terutama kredit modal kerja. Angka ini diperkirakan akan terus meningkat sejalan dengan faktor makroekonomi, dengan perkiraan pertumbuhan ekonomi sekitar 5% pada tahun 2023. Dukungan tambahan terhadap prediksi tersebut datang dari Purchasing Managers Index (PMI) sektor manufaktur yang secara konsisten tetap berada pada level ekspansi.
“Ini sejalan dengan dampak positif dari persiapan pemilu hingga pelaksanaan pemilu di tahun 2024 yang diperkirakan dapat mendorong konsumsi masyarakat serta belanja pemerintah yang akan menjadi faktor pendorong perekonomian domestik,” katanya dalam keterangan tertulis.
Kondisi Perbankan
Sebelumnya, di kalangan bankir, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) pun optimistis bahwa ruang pertumbuhan masih terbuka sampai dengan akhir tahun.
Agustya Hendy Bernadi, Sekretaris Perusahaan BRI, yakin dengan prospek perekonomian menjelang tahun 2024. Menurutnya, politik cenderung memberikan pengaruh positif terhadap perekonomian sehingga meningkatkan omzet penjualan usaha kecil dan menengah yang merupakan bisnis inti BRI.
“BRI sendiri optimistis hingga akhir tahun 2023, pertumbuhan kredit diproyeksikan dapat mencapai 10-12% yoy,” katanya pada Bisnis, Senin (6/11/2023).
Dia melanjutkan, dengan fokus khusus pada segmen UMKM Bank Rakyat Indonesia (BRI) memandang masa depan sektor ini dengan optimis, memperkirakan pertumbuhan positif pada tahun 2023 dan berlanjut ke tahun berikutnya.
Tak mau kalah Bank Mandiri juga menunjukkan harapan serupa, dengan Direktur Keuangan dan Strategi mereka, Sigit Prastowo, menegaskan bahwa optimisme ini didasarkan pada kinerja terkini bank tersebut, yang menunjukkan pertumbuhan kredit tahunan sebesar 12,71%, melampaui rata-rata industri sebesar 8,96% tahun ke tahun.
“Atas dasar pencapaian kredit yang baik hingga triwulan 2023 ini, kami optimis di akhir tahun 2023, pertumbuhan kami masih akan ada di range atas guidance kami, yaitu 10-12%, kami memperkirakan pertumbuhan kredit ini merata dari wholesale dan ritel,” katanya dalam paparan kinerja kuartal III/2023, Senin (30/10).
Bprnews.id - Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Teten Masduki telah mengeluarkan peringatan keras kepada platform media sosial, khususnya Instagram, dengan mendesak mereka untuk menutup akun importir pakaian bekas ilegal.
Dia menyatakan, pakaian bekas yang diimpor tersebut tergolong ilegal karena termasuk dalam kategori produk yang dilarang impor. Langkah ini berpedoman pada Peraturan Nomor 40 Tahun 2022 tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 18 Tahun 2021 tentang Barang Larangan Ekspor dan Barang Larangan Impor
Menurutnya, Instagram Cs wajib mengikuti aturan jika berbisnis di Indonesia. Maka, sudah sepatutnya mereka menurunkan dan menutup akun-akun yang menjual barang bekas impor itu.
"Mereka berbisnis di sini, mereka harus ikut aturan hukum di Indonesia. Mereka harus nurunin (akun), karena penjualan barang ilegal di platform itu dampaknya besar," kata Teten, dikutip Detik Finance, Selasa (7/11).
Ia melihat masih banyak akun yang menjual barang-barang ilegal tersebut.
"Kita sudah minta ke Instagram, untuk semua platform global, untuk mereka juga ikuti aturan pemerintah Indonesia," kata Teten.
"Memperdagangkan barang ilegal itu tindak pidana. Jadi tidak lagi bisa mereka berkelit bahwa itu bukan urusan platform," imbuhnya.
Bprnews.id - Pelemahan indeks saham Asia yang terjadi pada hari ini (Rabu 8/11) yang sebagian besar ditutup. Menurut tim riset Phillip Securities Indonesia, penurunan ini disebabkan oleh antisipasi investor terhadap pernyataan beberapa pejabat tinggi bank sentral AS, termasuk Ketua Federal Reserve Jerome Powell, yang diperkirakan akan disampaikan akhir pekan ini
Pernyataan The Fed adalah ukuran yang baik untuk memahami intensitas penolakan terhadap pelemahan kondisi keuangan. Selain itu, pergeseran minat investor terhadap peningkatan hubungan bilateral antara AS dan Tiongkok memberikan dinamika menarik lainnya dalam skenario ekonomi global saat ini.
Pertemuan Kerja Sama Ekonomi Asia Pasifik (APEC) di San Francisco akan menjadi saksi acara yang sangat dinantikan minggu depan pertemuan tatap muka antara Presiden Amerika Serikat Joe Biden dan Presiden Tiongkok Xi Jinping. Pertemuan APEC ini memberikan kesempatan yang sangat baik bagi kedua negara, yang telah lama terjebak dalam perselisihan politik dan perdagangan yang tidak sehat, untuk meningkatkan hubungan santai mereka dan berupaya untuk meningkatkan stabilitas ekonomi global.
Menteri Keuangan AS Janet Yellen akan bertemu dengan Wakil Perdana Menteri Tiongkok He Lifeng besok lusa, sebelum pertemuan resmi para menteri keuangan negara APEC yang dimulai pada Sabtu (11/11).
Gubernur Bank Jepang (BOJ) Kazumasa Ueda mengejutkan banyak orang dengan kebijakan moneter yang cukup radikal tidak seperti sejumlah bank sentral lainnya yang mulai bergerak menuju normalisasi, Ueda justru masih mempertahankan sikap terbuka terhadap berbagai opsi kebijakan.Hal ini dikarenakan BOJ masih melihat adanya kemungkinan untuk mencapai target inflasi secara berkesinambungan. Meski banyak pakar ekonomi memprediksi langkah normalisasi pada April 2024, Ueda tetap menegaskan bahwa BOJ akan tetap berpegang pada kebijakan moneter super longgar sampai target inflasi itu benar-benar dapat dicapai.
Upah riil di Jepang terus mengalami penurunan selama 18 bulan berturut-turut, sehingga memicu kekhawatiran terhadap prospek perekonomian Jepang karena belanja rumah tangga tidak cukup kuat untuk mendorong pertumbuhan.
Pekan lalu, Perdana Menteri Fumio Kishida meluncurkan paket stimulus ekonomi yang lebih besar untuk meringankan beban rumah tangga akibat meningkatnya biaya hidup di tengah anjloknya popularitas PM Fumio Kishida. Langkah berani ini menandakan komitmen pemerintah untuk menjaga kesejahteraan warga negaranya, meskipun ada tantangan politik.
Dari sisi makroekonomi yang menarik dan relevan bagi seluruh komunitas investor dan para pengamat ekonomi, acara penting yang di harapkan meliputi rilis data inflasi bulan Oktober di Jerman, data penjualan ritel terbaru di zona Eropa untuk bulan September, dan ditambah dengan pidato yang antusias banyak ditunggu-tunggu dari Ketua Federal Reserve Amerika, Jerome Powell.