bank umum


Bank Ikutan Paylater, Ini Kata OJK

Standard Post with Image

Bprnews.id - Penggunaan produk keuangan Buy Now Pay Later (BNPL) atau paylater semakin marak di Indonesia. Bahkan, jumlah penggunaan layanan menunda atau mencicil pembayaran itu kini sudah melampaui penggunaan kartu kredit.

Industri perbankan pun tak mau kalah dan sudah ikut masuk ke bisnis paylater. Di tahun ini saja, ada dua bank besar yang mengumumkan hendak merambah ke bisnis tersebut, yakni yakni bank pelat merah PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) dan PT Bank CIMB Niaga Tbk. (BNGA).

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pun memandang hal ini baik untuk bisnis. Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK Frederica Widyasari Dewi mengatakan yang terpenting masyarakat harus teredukasi agar memiliki pemahaman soal penggunaan paylater.

"Kalau [bank masuk ke bisnis paylater] secara bisnis bagus-bagus saja, yang penting masyarakat tahu untuk penggunaannya aja. Makanya anak muda harus kita edukasi agar mereka tidak hidup besar pasar dari tiang, itu ngeri banget," ujarnya selepas acara CNBC Investment Expo 2023 di Central Park, Jakarta, Jumat (15/9/2023) lalu.

Sebelumnya, OJK mencatat kredit bermasalah atau nonperforming loan (NPL) layanan BNPL per April 2023 mencapai 9,7% atau di atas batas aman 5%. Berdasarkan umur, rentang usia muda 20-30 tahun menyumbang 47,78% terhadap rasio NPL BNPL.

Menanggapi hal itu, Friderica yang akrab disapa Kiki itu, menyebut tingkat inklusi keuangan pada rentang usia muda tersebut sebenarnya sudah mencapai sekitar 86% atau tergolong tinggi. Tingkat tersebut juga terus naik dari tahun ke tahun, tetapi tidak diikuti dengan peningkatan tingkat literasi keuangan.

"Anak muda sekarang, 'jam temenku bagus deh padahal belum gajian' akhirnya [beli] pakai paylater, jangan kayak gitu," kata Kiki.

Memang tidak bisa dipungkiri, kontribusi generasi muda, yakni milenial dan generasi z terhadap bisnis ritel bank sangat besar. Terutama, pada produk keuangan yang terdigitalisasi seperti paylater.

"Untuk itu wajar bila bank-bank besar mulai masuk ke bisnis paylater. Karena memang prospektif dan bisa menyesuaikan dengan tren transaksi keuangan milenial dan Gen Z," ujar SVP, Head of Research Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan saat dihubungi CNBC Indonesia, dikutip Senin (18/9/2023).

Maka dari itu, Trioksa memandang bisnis paylater tentunya akan menguntungkan bank. Belum lagi, bank memiliki modal dan sumber daya yang lebih dari memadai untuk masuk ke bisnis tersebut.

Selain itu, ia menyebut masuknya bank terhadap bisnis paylater tidak terlepas dari tren kartu kredit yang mulai tergantikan oleh layanan produk keuangan baru itu.

Seperti diberitakan sebelumnya, Direktur Utama PT Pefindo Biro Kredit (IdScore) Yohanes Arts Abimanyu mengungkapkan bahwa jumlah outstanding amount atau jumlah utang yang belum terbayarkan dari BNPL sebesar Rp 25,16 triliun per semester I-2023. Sementara total outstanding yang termasuk kredit macet atau non performing loan (NPL) sebesar Rp 2,15 triliun. Besaran tersebut berasal dari sekitar 13 juta pengguna BNPL, yang mana sudah melampaui lebih 2 kali lipat pengguna kartu kredit yang sebanyak 6 juta.(WJ)

Share this Post:

TERBARU

Copyrights © 2024 All Rights Reserved by BPR News