bprnews.id - Fenomena saat ini seluruh dunia banyak sekali menggunakan produk pinjaman online (pinjol) atau Buy Now Pay Later (BNPL) atau paylater. Bahkan memproyeksikan pembayaran tahunan BNPL di Amerika Serikat akan mencapai 51,6% atau setara US$ 2.133,0 juta pada 2023.
Survei PYMNTS menunjukkan bahwa generasi muda menghabiskan rata-rata US$ 1.692 (Rp 25,94 juta) melalui BNPL, ketimbang generasi lebih tua yang rata-rata US$ 1.006 (Rp 15,42 juta).
Popularitas BNPL saat ini sudah menyaingi kartu kredit. Jumlah transaksi BNPL yang lebih tinggi yakni sebesar US$ 1.851 (Rp 28,58 juta), dibandingkan kartu kredit yang sebesar US$ 1.485 (Rp 22,76 juta).
Di Indonesia sendiri, seperti diberitakan sebelumnya, jumlah outstanding amount atau jumlah utang yang belum terbayarkan dari BNPL sebesar Rp 25,16 triliun per semester I-2023. Sementara total outstanding yang termasuk kredit macet atau non performing loan (NPL) sebesar Rp 2,15 triliun. Besaran tersebut berasal dari sekitar 13 juta pengguna BNPL, yang mana sudah melampaui lebih 2 kali lipat pengguna kartu kredit yang sebanyak 6 juta.
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat NPL layanan buy now paylater (BNPL) per April 2023 mencapai 9,7% atau di atas batas aman 5%. Berdasarkan umur, rentang usia muda 20-30 tahun menyumbang 47,78% terhadap rasio NPL BNPL.
Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK Friderica Widyasari Dewi mengungkapkan bahwa nilai pinjaman anak muda ada yang sebesar Rp 300.000 dan Rp 400.000. Meskipun terbilang kecil, pinjaman-pinjaman yang kemudian menjadi tunggakan itu tetapi mempengaruhi credit score anak muda.