Standard Post with Image
BPR

5 BPR dengan Aset Terbesar di Indonesia, Siapa Sosok dibalik ini

Bprnews.id - Tak hanya bank negara dan bank nasional, Bank Perkreditan Rakyat (BPR) juga semakin menampakkan taringnya dalam kontribusi pada perekonomian Indonesia.

Tersebar dan beroperasi di daerah luar Ibu Kota juga tak membuat kinerja BPR-BPR ini melempem di tengah maraknya kasus kredit macet di sejumlah BPR.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkap bahwa tren lonjakan pada kredit macet BPR.   Tak sedikit BPR yang memiliki aset jumbo hingga di atas Rp2 triliun. Berdasarkan penelusuran sedikitnya ada lima BPR yang memiliki aset di atas Rp2 triliun.

Kelima bank ini tersebar di beberapa provinsi di Indonesia, mulai dari Lampung hingga Bali.

Pertama, ada PT BPR Eka Bumi Artha yang berada di Provinsi Lampung tercatat menjadi BPR dengan aset terbesar yakni Rp9,24 triliun hingga akhir September 2022.

Selain itu, ada juga PT BPR Lestari Bali yang mencatatkan total aset Rp6,78 triliun pada periode sama. Kemudian ada PT BPR Surya Yudhakencana, PT Hasamitra, dan PT Modern Express yang mencatatkan kinerja cemerlang sampai dengan tahun lalu. 

Lantas siapa saja sosok di balik BPR dengan aset jumbo ini? 

1. PT BPR Eka Bumi Artha

BPR Eka Bumi Artha atau yang kerap disebut dengan Bank Eka ini awalnya merupakan Bank Pasar Kosgoro yang didirikan pada 1967. Awalnya bank ini belum memiliki badan hukum hingga pada 6 Agustus 1970, Menteri Keuangan mengatur pendirian bank-bank desa dan bank-bank pasar, agar bank tersebut terlebih dahulu mendapatkan perizinan dari Menteri Keuangan.

Selanjutnya, pada 21 Januari 1971, Bank Indonesia juga mengeluarkan surat edaran tentang pedoman sementara Bank Pasar. Berdasarkan dua surat tersebut, para pendiri Bank Pasar Kosgoro sepakat untuk melanjutkan usaha bank pasar sesuai dengan ketentuan pemerintah dan mengubah Bank Pasar Kosgoro menjadi bank yang sesuai dengan aturan tersebut dengan nama Bank Pasar.

Kemudian, pada 28 Agustus 1972, para pendiri, Awet Abadi, Anwar Jacub, Sukemi, Soekarno Gondoatmodjo, Bedjo Setiadarma, Raden Supena, Raden Sabikoen dan Raden Soedarsono bersepakat untuk mendirikan perseroan dengan nama ‘PT Bank Pasar Eka Karya’.

Pada saat itu, modal dasar perseroang hanya sebesar Rp3 juta, yang terdiri dari 200 saham utama bernilai Rp10.000 per saham atau sebesar Rp2 juta, dan 100 saham biasa dngan nilai Rp10.000 per saham atau Rp1 juta. Dari jumlah tersebut, modal yang ditempatkan pada saat pendirian adalah sebanyak 60 (enam puluh) Saham Utama yaitu masing masing 10 (sepuluh) atas nama Awet Abadi, Anwar Jacub, Sukemi, dan Soekarno Gondoatmodjo, dan masing masing 5 (lima) Saham Utama atas nama Bedjo Setiadarma, Raden Supena, Raden Sabikoen dan Raden Sudarsono, sehingga Modal Ditempatkan seluruhnya sebesar Rp600.000, dan telah disetorkan tunai sebanyak 10 persen atau Rp60.000.

Namun, perjalanannya juga tidak mulus karena ternyata nama bank tersebut sama denan perusahaan lain. Sehingga pada 8 September 1976 diadakan perubahan nama Perseroan Terbatas Bank Pasar “Eka Karya” menjadi Perseroan Terbatas Bank Pasar “Eka Bumi Artha”. 

Perubahan nama perseroan tersebut akhirnya dapat diterima oleh Departemen Kehakiman Republik Indonesia. BPR ini kini menjadi BPR dengan aset tertinggi di Indonesia dengan salah satu pendirinya, Awet Abadi, masih menduduki kursi Komisaris.

 

2. BPR Lestari Bali

Nama Alex Purnadi Chandra atau sering dipanggil APC menjadi salah satu sosok di balik kesuksesan BPR Lestari yang kini menjadi salah satu BPR dengan aset terbesar. Alex memiliki pengalaman puluhan tahun di dunia perbankan sebelum akhirnya membangun Grup Lestari yang menaungi BPR Lestari Bali.

Dia sempat menjadi Kepala Cabang BCA di Bali saat usianya baru 29 tahun. Dia kemudian pindah haluan menjadi pengusaha dan mengakuisisi Bank Perkreditan Rakyat (BPR) Seri Artha Lestari pada 1999.

Namun, siapa sangka ternyata Alex harus mempertaruhkan seluruh modal dan karir untuk membeli bank yang nyaris bangkrut itu. BPR Sri Artha Lestari saat diakuisisi hanya memiliki asetnya Rp300 juta dan kredit macetnya hampir 70 persen.

Dia kemudian bersama rekannya membenahi bank tersebut.  Tidak semudah membalik telapak tangan, reformasi Bank Lestari memakan waktu bertahun-tahun. Empat tahun pertama, belum ada transaksi bahkan lowongan pekerjaan juga tak ada yang ambil. Tak hanya susah cari nasabah, cari karyawan pun sulit.  Momentum kebangkitan Alex muncul pada 2003 ketika ada seorang nasabah yang memercayakan untuk menaruh deposito sebesar Rp25 juta.

Keuletan Alex membawa angin segar, dua tahun berselang tepatnya pada 2005, BPR Lestari berhasil menembus asset Rp54 miliar dan meraih predikat Local Champion di Bali. Kini di bawah naungan Lestari Group, BPR Lestari telah mengepakkan sayapnya di seluruh Pulau Jawa dan Bali dengan total aset pernah mencapai Rp7,7 Triliun, dan sampai akhir 2022 di sekitar Rp6,7 triliun. 

3. PT BPR Surya Yudhakencana

BPR Surya Yudha merupakan salah satu bank yang berpusat di Provinsi Jawa Tengah, tepatnya di Banjarnegara. Bank ini didirikan oleh Satriyo Yudiarto pada April 1992.

Satriyo Yudiarto merupakan pria kelahiran Majenang, 6 September 1947 yang sempat menempuh pendidikan di Sekolah Tinggi Ilmu Perbankan (STIKUBANK), dan lulus pada 1971 sebagai lulusan terbaik. Bank ini didirikan dengan modal awal Rp120 juta, dengan total pegawai hanya 13 orang.

Saat ini, BPR Surya Yudha sudah mengantongi aset senilai Rp2,8 triliun.  Satriyo Yudiarto sendiri menjabat sebagai Pemegang Saham Pengendali BSY Banjarnegara sejak berdirinya BSY dan sejak Februari 2018 Satriyo sudah tidak menjabat sebagai Komisaris Utama BSY Banjarnegara.

Selain itu, saat ini dia menjabat pula sebagai Komisaris Utama Surya Yudha Park/Hotel, dan Komisaris Utama PT Kusuma Agung Sejahtera (Pemilik Hotel Santika Purwokerto).

Sebelumnya, Satriyo pernah bekerja di The Bank of Tokyo, Ltd (1972-2000) dan mencapai puncak karir sebagai Senior Assistant General Manager dan merangkap sebagai Senior Operation Manager.

Dia juga pernah menjabat sebagai Penasehat DPP Perbarindo, Penasehat DPD Perbarindo Jawa Tengah, Sekjen Foreign Bank Sports Club Jakarta, Ketua Bank of Tokyo Recreation Club Jakarta, Ketua Ikatan Alumni Stikubank Semarang di Jakarta, dan Sekjen Ikatan Keluarga Banjarnegara (IKABARATA) di Jakarta

Standard Post with Image
bank umum

Data Nasabah Bank Kalteng Bocor, OJK Ingatkan Nasabah Agar Tidak Panik

Bprnews.id - Kepala Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Provinsi Kalimantan Tengah, Otto Fitriandi, menegaskan bahwa data pelanggan tetap terjaga dengan melakukan verifikasi pribadi kepada bank yang bersangkutan, ia memastikan bahwa data nasabah aman dari kebocoran apa pun, sehingga menjaga informasi pribadi dan keuangan mereka.

"Sesuai Klarifikasi pihak Bank Kalteng, bahwa data yang diberitakan diduga bocor, hal tersebut bukan data nasabah Kalteng," katanya, Rabu, 6 Desember 2023.

Ia juga memberitahukan Peran OJK sebagai badan pengawas sangat penting dalam menjamin stabilitas dan integritas lanskap keuangan Indonesia.

Seiring dengan semakin eratnya keterkaitan teknologi dengan operasional keuangan, OJK telah mengeluarkan peringatan kepada perbankan untuk meningkatkan kualitas manajemen risiko teknologi informasi (TI),  ajakan bertindak ini menggarisbawahi pentingnya kerangka TI yang kuat ketika bank menghadapi tantangan dan peluang digital yang kompleks.

Pihaknya juga mengingatkan bank agar senantiasa meningkatkan kualitas manajemen risiko teknologi informasi.

"Hal demikian untuk keamanan data nasabah, menghindari kebocoran," tandasnya.

Standard Post with Image
bank umum

Waspada Potensi Kredit Bermasalah di 2024

Bprnews.id - Kepala Ekonom PT Bank Rakyat Indonesia (BRI) Anton Hendranata menyuarakan keprihatinannya atas isu yang mungkin membayangi potensi kenaikan kredit bermasalah (NPL) pada tahun 2024 sementara tren terkini menunjukkan penurunan NPL secara umum.

Anton menyoroti permasalahan yang jarang dibahas meningkatnya proporsi pinjaman yang berada dalam pengawasan khusus dan pinjaman yang sedikit menunggak. Permasalahan pengumpulan kredit yang suram ini memerlukan analisis yang lebih mendalam, karena hal ini mungkin menandakan tantangan yang mengintai bagi lembaga keuangan dan perekonomian pada umumnya.

“Ada yang perlu hati-hati dalam melihat ini, tren NPL perbankan memang menurun. Namun ada tren kenaikan kolektabilitas 2 (kredit) dalam pengawasan khusus dan kolektivitas 3 (kredit) yang kurang lancar, yang cenderung meningkat,” ujar Anton dalam Seminar Proyeksi Ekonomi Indonesia 2024 di Jakarta pada Rabu (6/12/2023).

Peningkatan tersebut disebabkan oleh perlambatan ekonomi domestik yang berdampak pada penurunan pendapatan, sehingga dapat mengganggu kemampuan debitur untuk membayar.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK), melaporkan rasio NPL netto sebesar 0,77% dan rasio NPL bruto sebesar 2,42% per Oktober 2023, data tersebut menunjukkan adanya perlambatan perekonomian dalam negeri yang memiliki dampak nyata.

 

Sementara itu, Anton, otoritas di sektor keuangan, mengkhawatirkan perlambatan pertumbuhan kredit. Ia menunjukkan bahwa banyak dunia usaha yang mengadopsi pendekatan 'tunggu dan lihat' dalam menerima utang baru.

“Pertumbuhan kredit harus diakui memang dalam tren melambat, sedangkan pertumbuhan undisbursed loan-nya juga mengalami peningkatan. Jadi, kelihatan di sini kondisinya tahun ini tidak baik-baik saja sebenarnya,” tambah Anton.

Per Oktober 2023, penyaluran kredit tercatat tumbuh sebesar 8,99 persen pada bulan Oktober, angka tersebut sedikit lebih tinggi dibandingkan angka pertumbuhan pada bulan September sebesar 8,96 persen. Pergeseran halus namun positif ini menunjukkan adanya momentum mendasar dalam aktivitas kredit industri perbankan.

Ketika negara ini semakin dekat dengan tahun politik penting yaitu tahun 2024, Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan kredit yang lebih kuat, dengan menetapkan kisaran target antara 10 hingga 12 persen di tengah optimisme tersebut, Tigor M. Siahaan, Wakil Ketua Umum Perbanas, juga menyarankan kehati-hatian.

“Kita di industri perbankan bisa saja capai 10 persen, tapi juga melihat kondisi. Jadi, kita akan cautious the optimistic,” kata Tigor, Selasa (5/12/2023).

Tigor menyebutkan bahwa pertumbuhan kredit pada tahun depan akan dipengaruhi oleh sejumlah sentimen, termasuk suku bunga acuan atau interest rate. Meskipun Fed rate diperkirakan akan mengalami penurunan tahun depan, Tigor menyoroti adanya tantangan di pasar domestik terkait tahun politik atau Pemilu 2024.

Tigor, menyebutkan suku bunga acuan atau interest rate menjadi salah satu sentimen utama yang tidak bisa diabaikan meski ada ekspektasi bahwa Fed rate akan menunjukkan tren penurunan dalam tahun depan, yang seharusnya menjadi angin segar bagi pasar kredit, Tigor mengingatkan kita akan tantangan-tantangan yang muncul dari dinamika domestic terutama, tahun politik yang ditandai dengan Pemilu 2024 di Indonesia tentu saja akan menyuntikkan dosis ketidakpastian yang signifikan.

“Pilpres, Pileg, kemungkinan juga putaran kedua. Situasi politik juga menjadi dinamika mesti dilihat juga,” ujar Tigor yang juga menjabat sebagai Direktur Utama Superbank.

 

Standard Post with Image
bank umum

Tak Penuhi Modal Inti Rp 3 Triliun, Bank Turun Kasta Menjadi BPR

Bprnews.id - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah mengumumkan bahwa semua bank umum nasional kini telah berhasil memenuhi ketentuan modal inti minimal sebesar Rp3 triliun. Kesuksesan ini bukan hanya menandai milestone penting dalam penguatan struktur permodalan bank, tetapi juga menunjukkan tingkat kesiapan bank-bank tersebut untuk meningkatkan ekspansinya, terutama dalam pengembangan infrastruktur digital yang kian menjadi kebutuhan esensial.

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, merujuk pada Peraturan OJK No.12/POJK.03/2020, menggarisbawahi pentingnya konsolidasi bank umum demi memperkokoh fondasi sektor keuangan nasional dan dengan mencapai target permodalan ini, seluruh bank nasional telah membuktikan kemampuannya dalam mematuhi regulasi yang bertujuan untuk meningkatkan daya saing serta ketahanan industri perbankan di kancah yang semakin kompetitif.

PT Prima Master Bank mencuri perhatian karena menjadi satu-satunya bank yang belum memenuhi ketentuan modal inti minimum sebesar Rp3 triliun ketidak mampuan ini membawa akibat serius turunnya statusnya menjadi bank perkreditan rakyat (BPR). Peristiwa ini menjadi contoh akut yang menunjukkan pentingnya permodalan bagi.

Dengan pemenuhan aturan itu, bank pun mampu mempertebal modalnya. Kemudian, setelah modal tebal, bank-bank ini pun bisa menggenjot bisnisnya.

"Berdasarkan pengamatan kita, implikasi pemenuhan modal ini bantu kegiatan usaha sesuai RBB [rencana bisnis bank], terutama bagi capex [capital expenditure] dan pengembangan infrastruktur," ujarnya dalam konferensi pers Rapat Dewan Komisioner (RDK) bulanan OJK pada Senin (9/10/2023).

Khusus bagi capex dan pengembangan infrastruktur, OJK memang mendorong bank untuk memperkuat digitalisasi. "Apalagi biaya digital tidak sedikit. Modal inti dasarnya jalankan bisnis sesuai perkembangan bisnis sekarang yang dinamis dan kebutuhan bank yang beragam," kata Dian.

Selain itu bank membutuhkan SDM IT. "Kami akan pantau terus. Kesimpulan saat ini, kinerja bank-bank itu dalam kondisi baik," tutur Dian.

Terutama pada akhir tahun yang lalu, bank-bank kecil serta kelompok bank dengan modal inti (KBMI) I tidak tinggal diam mereka mengambil langkah-langkah strategis untuk memenuhi aturan modal inti yang diperketat oleh regulator

Seperti PT Bank Oke Indonesia Tbk. (DNAR) dan PT Bank Ina Perdana Tbk. (BINA) berhasil memenuhi persyaratan tersebut melalui rights issue, sementara PT Bank Capital Tbk. (BACA) memilih jalur private placement. Tak ketinggalan, kita juga akan mempelajari bagaimana PT Bank Victoria International Tbk. (BVIC) memastikan kepatuhan mereka lewat divestasi yang strategis.

Kemudian, pada tahun ini bank-bank kecil itu pun meraup hasil dengan mencatatkan kinerja keuangan moncer tahun ini diantaranya adalah Bank Oke yang berhasil meningkatkan labanya hingga dua kali lipat dengan pertumbuhan year-on-year (yoy) sebesar 122,76% dengan laba sebesar Rp11,45 miliar pada semester I-2023 tak mau kalah, Bank Capital pun ikut menyaksikannya peningkatan laba yang mengejutkan sebesar 124,81% yoy menjadi Rp20,75 miliar, sementara Bank Ina, yang dimiliki oleh taipan Anthony Salim, juga berhasil meningkatkan labanya sebesar dua kali lipat, dengan mencatatkan kenaikan laba sebesar 117,97% yoy menjadi Rp115,31 miliar pada semester pertama tahun ini.

Amin Nurdin, Staf Pengajar Senior Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), berpendapat bahwa peningkatan cadangan modal, setelah pemenuhan modal inti minimum wajib sebesar Rp3 triliun dari tahun sebelumnya, telah menjadi pendorong yang signifikan bagi kinerja bank-bank kecil ini.

"Penambahan modal inti itu dipergunakan untuk ekspansi bisnis salah satunya. Dengan ekspansi mengarah kepada kualitas aset produktif yang menguntungkan, laba bisa bertumbuh," katanya pada bulan lalu (8/9/2023).

Ekspansi bisnis juga tidak hanya dimanfaatkan untuk aset produktif yang menjadi core bisnis bank dari sisi kredit, tapi juga bisa dimanfaatkan untuk instrumen lain.

"Apalagi sekarang dengan skema KBMI, bank-bank yang masuk KBMI I dan II itu tidak ada pembatasan ekspansi," kata Amin.

Standard Post with Image
bank umum

LPS Menggelar LPS Awards 2023: Mengapresiasi Inovasi dan Dedikasi di Industri Perbankan Indonesia

Bprnews.id - Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) di tengah kilau lampu dan kemegahan Hotel Fairmont Senayan, Jakarta, LPS bersiap untuk memberikan pengakuan dan apresiasi kepada para pelaku industri perbankan yang telah memberikan kontribusi signifikan bagi pertumbuhan ekonomi nasional melalui LPS Awards 2023 pada Rabu, 6 Desember.

Dalam edisi keduanya, yang mengikuti kesuksesan perhelatan tahun 2022, LPS Awards 2023 akan menjadi sorotan penting tidak hanya bagi para bankir dan profesional keuangan, tetapi juga bagi para praktisi media yang telah bersinergi dalam mempromosikan literasi finansial dan program penjaminan simpanan di Indonesia. Bukan sekadar pemberian trofi, LPS Awards 2023 merupakan simbol dari inovasi, integritas, dan dedikasi yang mendorong industri perbankan Indonesia menuju standar global.

“Kondisi perbankan yang sehat dan stabil saat ini, secara langsung timbul berkat peran serta dari para pelaku industri perbankan yang telah menjalankan bisnis dengan sangat baik dan prudent. Apresiasi dan terima kasih kami untuk perbankan nasional,” ujar Sekretaris Lembaga LPS Dimas Yuliharto saat mengisiforum talksho“How To Manage Crisis Communication in Banking Industry” di Jakarta, Selasa (12/9/2023).

forum talkshow “How To Manage Crisis Communication in Banking Industry” merupakan salah satu satu rangkaian acara LPS Award 2023. Dimas juga menjelaskan, LPS Awards 2023 merupakan sarana sosialisasi bagi masyarakat mengenai program penjaminan simpanan.

“Melalui gelaran LPS Awards 2023, diharapkan kepercayaan masyarakat terhadap industri perbankan semakin meningkat karena yakin bahwa simpanannya di bank aman dijamin LPS,” sambung Dimas

LPS Awards 2023 mengakui dan menghormati bank-bank yang telah menunjukkan komitmen luar biasa dalam menunjang literasi keuangan dan aktif berpartisipasi dalam sosialisasi pentingnya program penjaminan LPS. Penghargaan ini bukan hanya tentang pujian, melainkan sebagai bentuk apresiasi bagi bank yang taat aturan, terutama dalam ketaatan pelaporan Single Customer View (SCV) dan laporan lain yang wajib disampaikan kepada LPS dilengkapi dengan penilaian terhadap inovasi di ranah digital.

LPS Awards 2023 mencerminkan dinamika sektor perbankan yang terus berevolusi dengan kategori mulai dari "Bank Teraktif dalam Kegiatan Literasi Keuangan" hingga "Bank Perekonomian Rakyat (BPR) dalam Kepatuhan Pelaporan Ke LPS," penghargaan ini menjadi sebuah penanda penting bagi bank-bank yang mampu melebihi ekspektasi, tidak hanya dalam performa bisnis, tapi juga dalam kontribusi sosial dan tanggung jawab korporasi.

Adapun yang menjadi dewan juri pada LPS Awards 2023 adalah Direktur Eksekutif Surveilans, Pemeriksaan, dan Statistik LPS Priyanto Budi Nugroho, Sekretaris Jenderal Perhimpunan Bank Swasta Nasional (Perbanas) Anika Faisal, Ketua Umum Perhimpunan Bank Perekonomian Rakyat Indonesia (Perbarindo) Tedy Alamsyah, Chairman Infobank Media Group Eko B. Supriyanto, dan Akademisi Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Universitas Indonesia Telisa Aulia Faliyanti.

Literasi Keuangan Membaik Berkat Perbankan

Priyanto Budi Nugroho menjelaskan perbankan kini tak hanya berfungsi sebagai tempat bertransaksi finansial, melainkan juga sebagai pelopor penyebaran pengetahuan tentang produk perbankan dan investasi. Dengan semakin meningkatnya kesadaran terhadap pentingnya literasi keuangan, bank-bank telah mulai mengubah paradigma mereka menyadari bahwa peningkatan kemampuan literasi finansial masyarakat bukan hanya bermanfaat bagi para nasabah untuk mengambil keputusan ekonomi yang lebih baik, namun juga merupakan kunci keberlangsungan perbankan itu sendiri.

“Kita lihat perbankan sekarang dengan berbagai kanal berbagai media, itu mengingatkan nasabahnya untuk betul-betul hati-hati terhadap kemungkinan-kemungkinan beragam penipuan, beragam hal atau tawaran jasa yang mengatasnamakan perbankan tapi sebenarnya bukan berasal dari perbankan,” ungkap Priyanto di Jakarta, Selasa (5/12/2023).

Atas peran itu, Priyanto menilai program LPS Awards 2023 penting dilaksanakan untuk memberi penghargaan terhadap perbankan yang telah mengedukasi publik lewat berbagai program, tak terkecuali edukasi mengenai program penjaminan LPS.

Sedangkan menurut Telisa Aulia Faliyanti, LPS Awards bisa memberi feedback positif bagi perbankan. Salah satunya, meningkatkan tata kelola bisnis perbankan. Telisa beranggapan, dengan edukasi finansial yang semakin meningkat dan tingkat pendidikan masyarakat Indonesia yang juga semakin meningkat, permintaan untuk pentingnya tata kelola di dalam suatu organisasi juga menjadi semakin tinggi.

 “Jadi tuntutan dari nasabahnya sendiri juga semakin tinggi, ya, artinya nasabah ingin perbankan yang menjalankan tata kelola dengan baik, karena perbankan ini bisnis kepercayaan. Bagaimana nasabah bisa lebih mempercayakan aset-asetnya, kepercayaan itu sangat penting, dan dengan tata kelola yang baik akan menentukan sustainability juga,” papar Telisa, Selasa (5/12/2023).

Tahun ini, LPS Awards 2023 yang akan digelar juga memberikan apresiasi kepada jurnalis yang telah memenangi Lomba Jurnalis LPS 2023.  Penghargaan terhormat akan diberikan kepada mereka yang telah merebut kemenangan dalam Lomba Jurnalis LPS 2023, sebuah ajang yang dirancang khusus untuk mengakui dan merayakan karya-karya jurnalisme terbaik yang meningkatkan kesadaran publik atas pentingnya pengetahuan seputar program penjaminan simpanan oleh LPS.

Lomba Jurnalis yang telah berlangsung ini tidak hanya memperkuat sinergi antara LPS dan media, tetapi juga telah menginspirasi penciptaan lebih dari 600 karya jurnalistik yang menakjubkan dalam dua kategori: foto dan artikel.

Copyrights © 2024 All Rights Reserved by BPR News