Bisnis


Akulaku Group Pertimbangkan Divestasi Saham Bank Neo Commerce, Implikasi Terhadap Pasar

Standard Post with Image

BPRNews.id - PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) baru-baru ini mengumumkan keputusan penting yang diambil dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) terkait dengan rencana divestasi sebagian saham yang dimiliki oleh Akulaku Group. Dalam keterbukaan informasi, pemegang saham menyetujui langkah strategis dari PT Akulaku Silvrr Indonesia dan Rockcore Financial Technology Co. Ltd, yang merupakan bagian dari Akulaku Group, untuk mengurangi kepemilikan saham mereka di BBYB secara bertahap.

Divestasi ini merupakan respons terhadap regulasi yang membatasi kepemilikan saham oleh satu grup non-keuangan di suatu bank, yang diizinkan maksimal hingga 30% kecuali ada keputusan lain dari regulator. Menurut laporan manajemen, divestasi akan dilakukan dalam periode lima tahun dengan minimal pengurangan sebesar 2% per tahun. Tujuannya adalah agar kepemilikan Akulaku Group di Bank Neo Commerce (BNC) dapat dipangkas menjadi maksimal 30%.

“Penyesuaian kepemilikan saham melalui divestasi dapat mencakup berbagai opsi, termasuk masuknya pemegang saham strategis baru melalui Penambahan Modal dengan Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu [PMHMETD] atau aksi korporasi lainnya,” demikian bunyi laporan yang dikutip pada Rabu, 20 November 2024.

Berdasarkan data terbaru per 31 Oktober 2024, Akulaku Silvrr Indonesia, pemegang saham pengendali, masih menguasai 34,45% saham BBYB dengan total 4,59 miliar saham. Sementara itu, Gozco Capital memiliki sekitar 7,21% saham, atau 962,93 juta saham, dan Rockcore Financial Technology Co. Ltd menguasai 5,52% atau 736,96 juta saham. Secara keseluruhan, Akulaku Group, melalui kedua entitas ini, memiliki sekitar 39,97% saham BBYB.

Sementara itu, saham lainnya sebagian besar dimiliki oleh publik dengan sekitar 52,5%dari total saham yang beredar. Ini menunjukkan dominasi publik dalam struktur kepemilikan bank yang semakin inklusif.

Akulaku sendiri dikenal sebagai bagian dari jejaring Alibaba di Indonesia, melalui Ant Group, yang merupakan sayap finansial dari perusahaan teknologi asal China tersebut. Ant Group pertama kali berinvestasi di Akulaku pada Januari 2019, dengan suntikan dana mencapai US$89 juta atau lebih dari Rp1 triliun. Selain Ant Group, Sequoia Capital India, Qiming Venture Partners, dan Arbor Ventures juga turut berinvestasi dalam perusahaan teknologi finansial ini.

Rapat tersebut juga menyetujui Rencana Aksi Pemulihan (Recovery Plan) yang akan disampaikan kepada Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Rencana ini mencakup langkah-langkah yang akan diambil untuk mengatasi permasalahan yang berkaitan dengan permodalan, likuiditas, rentabilitas, dan kualitas aset perusahaan.

Rencana divestasi ini menandakan adanya perubahan signifikan dalam strategi jangka panjang Akulaku Group, yang seiring dengan berkembangnya regulasi sektor keuangan. Hal ini juga membuka potensi masuknya pemegang saham strategis baru yang bisa memperkuat posisi Bank Neo Commerce di pasar, baik melalui penambahan modal atau aksi korporasi lainnya.

Melalui divestasi ini, Akulaku Group berharap untuk tetap mempertahankan perannya sebagai pemegang saham penting di bank tersebut, sambil memastikan bahwa regulasi terkait kepemilikan saham dapat tetap dipatuhi, sekaligus mendukung pertumbuhan dan stabilitas keuangan bank dalam jangka panjang.

Share this Post:

TERBARU

Copyrights © 2024 All Rights Reserved by BPR News