BPRNews.id - Capaian laba bersih Bank Pembangunan Daerah (BPD) hingga Agustus 2024 masih menunjukkan tantangan, berbeda dengan tren industri perbankan nasional. Menurut data OJK, secara keseluruhan bank mencatat laba bersih Rp171,03 triliun hingga kuartal III/2024, naik 6,42% YoY dari periode sama tahun lalu. Namun, laba BPD justru turun 5,39% menjadi Rp8,95 triliun dibandingkan Rp9,46 triliun pada Agustus 2023.
Sementara itu, kelompok bank lain seperti bank Persero, swasta, dan asing mencatatkan pertumbuhan laba yang positif. Bank asing bahkan mencatat pertumbuhan laba hingga 27,17% YoY menjadi Rp9,81 triliun pada periode yang sama.
Direktur Utama PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk. (Bank BJB), Yuddy Renaldi, mengakui adanya tekanan likuiditas di sisa tahun ini. "Menjelang akhir tahun, biasanya perbankan bersaing ketat untuk menjaga likuiditas. Kami fokus mengoptimalkan dana murah, meningkatkan fee-based income, dan menjaga kualitas kredit agar tidak ada kejutan negatif," katanya.
Hal serupa juga diungkapkan Direktur Utama PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Timur Tbk. (Bank Jatim), Busrul Iman. Hingga September 2024, Bank Jatim membukukan laba Rp930,06 miliar, turun 15,04% YoY dari Rp1,09 triliun pada tahun sebelumnya. Meski pendapatan bunga bersih tumbuh 10,47% menjadi Rp3,95 triliun, beban operasional meningkat signifikan.
"Kenaikan beban tenaga kerja adalah bagian dari investasi jangka panjang kami untuk memperkuat SDM. Meski berdampak pada laba saat ini, manfaatnya akan terasa di masa mendatang," jelas Busrul. Ia juga menyoroti peningkatan Cadangan Kerugian Penurunan Nilai (CKPN) sebagai upaya menjaga kesehatan aset di tengah tantangan likuiditas.
Meskipun menghadapi tekanan biaya dan risiko kredit, BPD optimis dapat memaksimalkan profitabilitas di penghujung tahun. Strategi yang diterapkan meliputi efisiensi operasional dan penguatan portofolio kredit untuk menghadapi kondisi pasar yang dinamis.