BPRNews.id - BPR Surya Artha Utama (SAU), bank milik Pemerintah Kota Surabaya, terus menunjukkan performa yang impresif, dengan fokus pada inovasi digital dan program payroll untuk mempercepat pertumbuhan. Dalam sebuah wawancara di Gedung Dewan Yos Sudarso, Senin 21 Oktober 2024, Direktur Utama BPR SAU, Renny Wulandari, mengungkapkan pencapaian luar biasa perusahaan.
Menurut Renny, BPR SAU berhasil meningkatkan aset secara signifikan, dari modal awal sebesar Rp 30 miliar menjadi Rp 226 miliar. Pertumbuhan tersebut menunjukkan kemampuan BPR SAU dalam mengelola dana masyarakat, termasuk tabungan dan deposito. “Saat ini aset kita sudah mencapai Rp 226 miliar dari modal awal hanya Rp 30 miliar. Artinya, dari modal yang disetor oleh Pemkot, kita berhasil mengelola dana masyarakat berupa tabungan dan deposito, sehingga aset kami tumbuh hingga delapan kali lipat,” ujarnya.
Sejak bergabung pada tahun 2017, Renny menjelaskan bahwa pertumbuhan aset dan laba BPR SAU terus meningkat setiap tahun, dan perusahaan secara rutin menyetorkan dividen kepada Pemerintah Kota Surabaya. “Kami bersyukur, setiap tahun aset dan laba meningkat, dan tentunya ini menjadi salah satu kontribusi bagi Pemkot dalam bentuk dividen,” tambahnya.
Untuk lebih mempercepat laju pertumbuhan, BPR SAU fokus pada pengembangan inovasi, khususnya digitalisasi. Renny menjelaskan bahwa BPR SAU sedang mempersiapkan layanan ATM dan sistem payroll sebagai bagian dari rencana digitalisasi mereka. “Kami sedang dalam proses perizinan dengan OJK terkait digitalisasi, terutama layanan ATM. Selain itu, jika kami dipercaya untuk mengelola payroll di lingkungan Pemkot, tentunya akan sangat mendukung bisnis BPR,” jelas Renny.
Selain itu, BPR SAU juga berperan aktif dalam pemberdayaan UMKM melalui program Puspita (Pinjaman UMKM Surabaya Pasti Tangguh). Program ini memberikan plafon pinjaman hingga Rp 2,5 juta tanpa jaminan bagi pelaku UMKM ultramikro di Surabaya. “Kami berikan plafon Rp 2,5 juta per orang, namun kami membentuk kelompok beranggotakan tujuh orang untuk memastikan pengelolaan pinjaman berjalan lancar. Bunganya sangat ringan, hanya 3% per tahun, lebih rendah dari KUR pemerintah yang 6%,” ujar Renny.
Program lain yang ditawarkan oleh BPR SAU adalah KUMIS (Kredit Usaha Mikro Surabaya), dengan plafon pinjaman hingga Rp 5 juta dan bunga 5% per tahun. Diluncurkan pada tahun 2020, program ini telah membantu ribuan pelaku UMKM, terutama di masa pemulihan pasca-pandemi COVID-19. “Total pembiayaan UMKM yang telah disalurkan mencapai Rp 98 miliar, dengan lebih dari 3.000 UMKM yang terbantu. Program ini menjadi salah satu upaya kami dalam mendukung pemulihan ekonomi Surabaya,” tambah Renny.
BPR SAU juga menawarkan bunga pinjaman yang bervariasi tergantung pada jangka waktu dan jenis pinjaman. Untuk pinjaman individu, suku bunga berkisar antara 9% hingga 12% per tahun. “Bunga pinjaman tergantung jangka waktunya. Jika jangka waktunya pendek, bunganya lebih rendah, sedangkan jika jangka waktunya panjang, bunganya bisa mencapai 12%,” tutup Renny.
Inovasi yang diterapkan oleh BPR SAU menunjukkan keseriusan dalam menghadapi tantangan masa depan, dengan tetap berkomitmen pada pemberdayaan UMKM dan pelaksanaan transformasi digital yang akan mendukung pertumbuhan lebih lanjut.