bank umum


Jokowi Mendorong Perbankan untuk Akselerasi Kredit di Tengah Permintaan Pembiayaan yang Lesu

Standard Post with Image

Bprnews.id - Presiden Joko Widodo, yang kerap disapa Jokowi, mengajukan dorongan strategis kepada sektor perbankan Indonesia untuk meningkatkan penyaluran kredit dalam rangka menggerakkan roda perekonomian nasional.

Namun, tantangan berat dihadapi saat realita pasar menunjukkan permintaan pembiayaan yang tidak kunjung membaik, memberi tekanan pada industri perbankan yang harus mencari penyaluran dana alternatif dilema ini menjadi sorotan serius, dengan banyak bank berpaling ke investasi pada surat berharga sebagai tempat 'parkir' dana.

Menanggapi hal ini, Ekonomi Senior Indef, Aviliani, memberikan perspektif bahwa perilaku perbankan senantiasa mengalir sesuai arus permintaan bisnis. "Bank itu kan follow the business, kalau bisnisnya nggak ada yang minta, ya buat bank mau ditaruh di mana lagi uangnya?" ungkap Aviliani dalam suatu kesempatan pada akhir bulan November 2023.

Dia juga mengatakan target Bank Indonesia mematok pertumbuhan kredit di tahun mendatang peningkatan yang kuat sebesar 10%-12%. Namun, kekhawatiran semakin meningkat karena proyek-proyek infrastruktur penting masih dalam tahap siaga, sebuah sektor yang terkenal dengan minat dananya yang besar ditambah lagi dengan industri pertambangan, yang diperkirakan akan kembali bangkit setelah masalah pemilu mereda.

Oleh karena itu, kredit 10%-12% dapat tercapai dengan sejumlah catatan, satu di antaranya proyek infrastruktur kembali berjalan. 

"Yang kedua bisnis-bisnis di sektor manufaktur yang skala besar dan menciptakan lapangan kerja itu tercipta gitu," jelasnya.

Dia pun menilai bank saat ini memerlukan arah penyaluran kredit yang jelas. "Karena sekarang ini dikatakan ini sektornya sunset segala macam. Nah kan belum tentu sunset kan. Nah karena tidak ada arahan yang jelas ke mana kalau yang sektor apa aja, ya sekarang bank udah kayak gitu loh," pungkasnya.

Dengan kesadaran yang tajam akan lemahnya keseimbangan antara likuiditas dan investasi, Jokowi mendesak perbankan untuk tidak mengalokasikan alat likuidnya secara eksklusif untuk membeli instrumen yang diterbitkan oleh Bank Indonesia (BI) dan Kementerian Keuangan (Kemenkeu)

 

"Saya mengajak seluruh perbankan harus prudent harus hati-hati tapi tolong lebih di dorong lagi kreditnya, terutama bagi umkm," kata Jokowi dalam Pertemuan Tahunan Bank Indonesia (PTBI) di Kantor Pusat BI, Jakarta, Rabu (29/11/2023)

Jokowi, menyatakan Berdasarkan laporan yang ia terima, terjadi peredaran uang tunai yang semakin terbatas di pasar. kata Jokowi, hal tersebut terjadi adanya indikasi bahwa situasi ini dipicu oleh peningkatan pembelian instrumen finansial yang diterbitkan oleh Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia.

"Jangan-jangan terlalu banyak yang di pakai untuk membeli SBN atau terlalu banyak yang dipakai untuk membeli SRBI atau SVBI. Sehingga yang masuk ke sektor riil berkurang," paparnya.

Memasuki kuartal terakhir tahun 2023, laporan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyoroti peningkatan pada aset yang dimiliki oleh bank-bank di Indonesia. Secara spesifik, pada bulan September 2023, surat berharga yang dimiliki oleh perbankan mencapai nilai yang mencengangkan, yakni sebesar Rp 1.889,7 triliun, atau tumbuh sebesar 3,59% dibandingkan tahun lalu.

Pada saat yang sama, kredit yang disalurkan kepada pihak ketiga oleh lembaga-lembaga keuangan tersebut mengalami peningkatan, yaitu tumbuh sebesar 8,96% year-on-year hingga mencapai Rp 6.837,3 triliun.

Berdasarkan data terbaru, sekuritas mengalami kenaikan sebesar 7,15% tahun ke tahun, sementara penyaluran kredit mengalami peningkatan sedikit lebih tinggi sebesar 7,84% tahun ke tahun pada bulan September 2023.

Begitu pula dengan kantor cabang bank asing cenderung lebih berminat mengalokasikan dana mereka dalam instrumen surat berharga yaitu sebesar 35,79% year-on-year (yoy), pada saat kredit merosot 4,71% yoy.

Sebaliknya, bank-bank BUMN (Badan Usaha Milik Negara) yang merupakan pemain utama di tanah air malah menunjukkan hasil yang kontras, dengan pertumbuhan kredit yang solid sebesar 10,98% yoy, meski sektor surat berharganya mengalami kontraksi sebesar 2,38% yoy.

Menurut Sunarso, Ketua Perhimpunan Bank Milik Negara (Himbara), fakta bahwa pertumbuhan kredit dari bank pelat merah sebutan populer untuk bank BUMN berada di atas rata-rata industri, menjadi indikasi yang kuat bahwa bank-bank BUMN tidak hanya bertahan tapi juga aktif mendorong pertumbuhan kredit di tengah-tengah isu likuiditas yang berkecamuk.

"Rata-rata pertumbuhan kredit 11,04% [yoy] dan itu di atas rata-rata pertumbuhan kredit industri, 8,9% [yoy]," katanya. 

Share this Post:

TERBARU

Copyrights © 2024 All Rights Reserved by BPR News