BPRNews.id - Komunal sebagai startup fintech pelopor neo-rural bank di Indonesia, berkomitmen untuk mendorong digitalisasi Bank Perkreditan Rakyat (BPR) guna mendukung pertumbuhan ekonomi lokal. Menurut Rico Tedyono, Co-Founder & Chief Operating Officer Komunal, popularitas BPR di Indonesia masih tertinggal jauh dibandingkan dengan Bank Umum. Data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan bahwa sekitar 98,4 persen Dana Pihak Ketiga (DPK) disimpan di Bank Umum, sementara hanya 1,6 persen ditempatkan di BPR. Hal ini menunjukkan bahwa inklusi keuangan di Indonesia masih rendah, dengan sebagian besar dana masyarakat terpusat di Bank Umum.
Padahal, BPR memiliki potensi besar untuk berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi lokal karena memiliki hubungan yang erat dengan masyarakat di berbagai daerah. Namun, keterbatasan teknologi dan digitalisasi masih menjadi kendala bagi banyak BPR untuk menjangkau seluruh lapisan masyarakat.
Komunal hadir untuk menjembatani kesenjangan ini dengan membantu BPR dalam proses digitalisasi. Hingga Agustus 2024, Komunal telah bekerja sama dengan lebih dari 400 BPR di seluruh Indonesia, baik untuk loan channeling (penyaluran pinjaman) maupun deposit channeling (penghimpunan dana).
Kolaborasi ini tidak diberikan sembarangan. Komunal menerapkan seleksi ketat terhadap mitra BPR, dengan empat persyaratan utama yang harus dipenuhi, seperti pengurus BPR harus memiliki pemahaman teknologi digital, tingkat kesehatan BPR harus lebih dari 75 persen, modal inti minimum sesuai ketentuan OJK, serta memenuhi rasio CAR lebih dari 12 persen dan rasio kas lebih dari 10 persen.
Sejak didirikan pada 2018, Komunal P2P Lending telah menyalurkan kredit produktif senilai Rp5,5 triliun kepada UKM di lebih dari 30 provinsi di Indonesia. Platform ini juga telah menghimpun dana nasabah senilai Rp12,9 triliun melalui DepositoBPR by Komunal, yang diluncurkan pada Agustus 2021. Dana ini disalurkan ke lebih dari 370 mitra BPR/BPRS yang telah terseleksi.
"Komunal will continue to expand its collaboration with BPRs across Indonesia, aiming to strengthen the financial inclusion and economic growth of local communities. Through digitalization, we are committed to creating a more inclusive financial ecosystem,"kata Rico Tedyono.
Perusahaan ini bertekad menjadi katalis utama dalam menciptakan inklusi keuangan yang lebih merata di Indonesia, terutama menyambut tahun 2025, dengan terus memperluas jangkauan dan meningkatkan penyaluran kredit serta penghimpunan dana.
Forum Bisnis Antara, yang diadakan oleh Antara ETP, juga merupakan platform penting yang bertujuan untuk mendorong sinergi dan kolaborasi antar pemangku kepentingan, khususnya dalam industri ekspor-impor. Tantangan yang dihadapi sektor ini semakin kompleks, sehingga sinergi yang kuat diperlukan untuk menghadapi tantangan global dan meraih peluang yang ada.