BPRNews.id - Industri perbankan mulai diramaikan oleh kehadiran bank digital, termasuk dalam ranah Bank Perekonomian Rakyat (BPR). Salah satu contoh adalah Koinworks Bank, yang lahir dari ekosistem fintech P2P Lending, Koinworks.
Diluncurkan pada Oktober tahun lalu, Koinworks Bank berhasil menunjukkan kinerja positif dengan membalikkan kondisi rugi menjadi laba. Pada akhir tahun 2023, bank ini masih mengalami kerugian sebesar Rp 3 miliar, namun hingga Agustus 2024, Koinworks Bank berhasil mencetak laba sebesar Rp 4,8 miliar.
Jonathan Bryan, Presiden Direktur Koin P2P, menjelaskan bahwa alasan Koinworks mengakuisisi BPR adalah untuk memperluas produk yang mereka tawarkan kepada basis nasabah yang telah besar. Ia mengatakan, “Sayang jika basis nasabah yang kami miliki hanya digunakan untuk produk P2P lending saja.” Oleh karena itu, Koinworks memutuskan untuk mengakuisisi BPR, yang menawarkan produk pinjaman dengan tenor yang lebih panjang dan menggunakan agunan.
Sementara itu, Joko Purwanto, Direktur Utama Koinworks Bank, menyebutkan bahwa saat ini belum ada kerja sama antara Koinworks Bank dan KoinP2P, seperti kredit channeling. Joko menyebut, "Koinworks Bank belum mendapat izin dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk memberikan kredit channeling." Namun, ia tidak menutup kemungkinan kerja sama tersebut akan terjadi di masa depan.
Selain Koinworks Bank, BPR Syariah juga turut meramaikan industri perbankan digital. PT BPRS Hijra Alami, yang sebelumnya mengakuisisi BPRS Cempaka Al Amin pada 2021, resmi bertransformasi menjadi bank digital pada tahun 2022. Meskipun begitu, laporan keuangan Hijra Bank per Maret 2024 menunjukkan kerugian sebesar Rp 1,89 miliar, berbeda dengan tahun sebelumnya yang masih mencatatkan laba.
Cahyo Kartiko, Ketua Umum Kompartemen BPR Syariah Asbisindo, menilai bahwa hanya BPR yang memiliki ekosistem kuat, seperti fintech, yang mampu melakukan transformasi menjadi bank digital. “Potensinya ada, terutama bagi BPR yang belum memenuhi permodalan,” ujarnya.
Namun, ia juga menambahkan bahwa transformasi menjadi bank digital sepenuhnya bisa menghilangkan kekhasan BPR yang dikenal dekat dengan masyarakat.
Di sisi lain, Teddy Alamsyah, Ketua Umum DPP Perbarindo, berpandangan bahwa kehadiran bank digital di industri BPR dapat mendorong kontribusi bagi pertumbuhan ekonomi nasional.
Namun, ia menilai bahwa BPR tidak akan bisa bersaing secara penuh digital seperti bank umum, mengingat keterbatasan modal dan sumber daya yang dimiliki oleh BPR.
Penulis : Pasya
Editor : Widya