Bprnews.id - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sedang merancang regulasi terkait keterbukaan informasi mengenai suku bunga kredit perbankan, dengan harapan dapat mengontrol margin bunga bersih Net Interest Margin (NIM) perbankan Indonesia. Meskipun sedang berusaha melakukan pengendalian tersebut, bank-bank digital justru mencatatkan NIM yang tinggi.
Dian Ediana Rae, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, menyatakan bahwa peraturan mengenai keterbukaan suku bunga bank belum resmi diterbitkan.
"Tapi drafnya sudah ada. Ini terkait masalah transparansi, bagaimana bank menetapkan komponen-komponen bunga," ujar Dian pada beberapa waktu lalu di Jakarta.
Dia memastikan bahwa aturan itu tidak lama lagi terbit. "Tidak lama lagi, mungkin beberapa bulan lagi," ujar Dian.
OJK menerbitkan aturan tersebut di tengah upaya mengendalikan NIM perbankan Indonesia yang dinilai tinggi. "Kebijakan ini diharapkan dapat berkontribusi dalam mengendalikan NIM perbankan saat ini," ujar Dian.
Upaya untuk mengendalikan situasi tersebut memang sedang diperkuat sejalan dengan tingginya margin bunga bank di Indonesia. Sebelumnya, kabar mengenai tingginya margin bunga perbankan di Indonesia telah tersiar dan sampai ke telinga Presiden Joko Widodo "Tinggi banget, ini mungkin tertinggi di dunia," ungkap Jokowi dalam pidato pembukaan acara PTIJK 2023 pada awal tahun ini (6/2).
OJK mencatat bahwa pada bulan September 2023, (NIM) bank di Indonesia mencapai 4,85%. NIM perbankan di Indonesia tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara lain. Menurut data The Global Economy, sepanjang tahun 2021, posisi NIM perbankan Indonesia berada di peringkat ke-31 tertinggi secara global.
Dalam kawasan Asia Tenggara, NIM perbankan Indonesia menduduki peringkat kedua, mengikuti Kamboja yang memiliki margin bunga bersih sebesar 5,35% pada tahun 2021, dengan selisih 29 basis poin (bps).
Di sisi lain, sejumlah bank yang memperoleh margin bunga bersih (NIM) tinggi adalah bank digital seperti PT Allobank Indonesia Tbk. (BBHI) yang dimiliki oleh konglomerat Chairul Tanjung dan PT Bank SeaBank Indonesia (SeaBank) yang merupakan bagian dari induk perusahaan Shopee. Bahkan, pada kuartal III/2023, kondisi margin bunga bank digital ini semakin meningkat secara signifikan.
Sebagai contoh, SeaBank memiliki margin bunga bersih (NIM) yang sangat tinggi dibandingkan dengan industri, mencapai 18,75% pada bulan September 2023. NIM SeaBank ini mengalami peningkatan sebesar 153 basis poin dibandingkan dengan September 2022, yang berada pada tingkat 17,22%.
PT Bank Amar Indonesia Tbk. (AMAR) mencatatkan margin bunga bersih (NIM) yang juga tinggi, yaitu 18,78% per bulan September 2023, mengalami kenaikan dibandingkan dengan NIM pada periode yang sama tahun sebelumnya, yang berada pada tingkat 15,93%.
Allo Bank juga mencatatkan peningkatan margin bunga bersih (NIM) dari 6,01% pada September 2022 meningkat sebesar 8,82% pada September 2023.
Di sisi lain, bank digital baru yaitu Superbank, mencatatkan kenaikan margin bunga bersih (NIM) dari 4,24% pada September 2022 menjadi 6,81% pada September 2023.
Meskipun PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) belum melaporkan kinerja keuangannya pada kuartal III/2023, namun dapat diinformasikan bahwa BBYB adalah bank digital yang mencatatkan margin bunga bersih (NIM) yang tinggi, yaitu 16,15% per Juni 2023. Angka ini menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, yang berada pada tingkat 10,16%.
NIM dari bank-bank tersebut bahkan melebihi NIM dari bank-bank besar. Sebagai contoh, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) mencatatkan NIM sebesar 6,97% pada kuartal III/2023, bahkan mengalami penurunan dibanding periode yang sama tahun lalu yang mencapai 7,23%.
PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) melaporkan bahwa NIM mereka berada pada angka 4,64% pada bulan September 2023, mengalami penurunan dari 4,8% pada bulan yang sama tahun 2022. Selanjutnya, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) mencatatkan NIM sebesar 5,93%, sementara PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) tercatat memiliki NIM sebesar 5,52% pada bulan September 2023.
Amin Nurdin, dosen di Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), menjelaskan bahwa NIM yang tinggi di bank digital disebabkan oleh penetapan suku bunga yang lebih tinggi dibandingkan dengan bank konvensional.
"Yang menyebabkan tingkat tingginya NIM adalah tingkat suku bunga, selain itu likuiditas yang dimiliki bank. Jadi kalau melihat bank-bank digital itu jauh lebih tinggi wajar karena mereka mematok suku bunga tinggi," ujar Amir.
Dia menjelaskan bahwa bank digital memperoleh pendanaan dengan suku bunga simpanan yang tinggi, dan kemudian menetapkan suku bunga pinjaman kepada debitur yang juga di atas rata-rata industri. Sebagai hasilnya, NIM di bank digital menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan bank-bank besar.