ojk


OJK Berbagi Ramalan Atas Laju Kredit Jelang Pemilu 2024

Standard Post with Image

Bprnews.id - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) maupun sektor perbankan yakin bahwa kredit perbankan akan sejalan dengan Rencana Bisnis Bank (RBB) karena diperkirakan akan mencatatkan pertumbuhan sebesar dua digit pada akhir 2023 di tengah suku bunga acuan 6%.

Dian Ediana Rae, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, menegaskan antisipasi kegiatan perekonomian menjelang pemilu akan mendorong pertumbuhan kredit tersebut.

“Secara siklus, umumnya permintaan kredit juga naik pada akhir tahun, khususnya jenis kredit modal kerja yang diperkirakan terus meningkat sejalan dengan faktor makroekonomi dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi 2023 sekitar 5% ditambah Purchasing Managers Index (PMI) manufaktur yang masih konsisten berada di level ekspansi,” ujarnya dalam keterangan tertulis, Senin (6/11). 

Meski per September 2023, kredit perbankan mengalami penurunan baik secara tahunan dan bulanan. Nilainya jatuh menjadi 8,96% atau Rp6.837,3 triliun, turun dari 11% pada September 2022. Terlebih lagi, bila dilihat dari perspektif bulanan, penurunan ini juga terlihat di Agustus 2023 saat angka mencapai 9,06% Year on Year ( YoY).

Meski begitu menurut Dian ada prospek penyaluran kredit akan meningkat ke depannya terutama dengan adanya pemilu 2024 yang diharapkan mampu mendongkrak konsumsi masyarakat, yang pada gilirannya dapat mendorong perekonomian domestik.

“Tahun menjelang pemilihan umum justru merupakan moment di mana terjadi peningkatan konsumsi masyarakat, sehingga akan menjadi salah satu penopang pendorong konsumsi masyarakat, di samping normalnya pergerakan ekonomi masyarakat yang akan turut mendorong konsumsi secara umum,” katanya.

Ha ini membuat dampak suku bunga tinggi diharapkan dampaknya tidak secara langsung terhadap penurunan permintaan masyarakat dan perekonomian meskipun ada risiko positif dari tahun pemilu dan berbagai kebijakan pemerintah.

Sikap optimisme para regulator mengenai situasi ini dan bagaimana dampaknya terhadap sektor perbankan Indonesia dengan mengambil contoh dari institusi seperti PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI), PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk atau dikenal sebagai Bank BJB (BJBR), dan PT Bank Mandiri (Perseroan) Tbk. (BMRI). Agustya Hendy Bernadi misalnya yang meyebut BRI optimistis menghadapi tahun 2024. Pemilu cenderung memberikan dampak positif terhadap perekonomian, sehingga berdampak pada omzet penjualan pelaku UMKM, yang merupakan core business BRI.

“BRI sendiri optimistis hingga akhir tahun 2023, pertumbuhan kredit diproyeksikan dapat mencapai 10-12%  YoY,”ungkapnya, Senin (6/11/).

Dia melanjutnya, dengan fokus pada pertumbuhan yang konsisten di sektor UMKM, terutama di segmen mikro dan ultra mikro. Ketika memproyeksikan pertumbuhan positif pada tahun 2023 memperkirakan tren peningkatan ini akan berlanjut hingga tahun 2024. Di tengah tren suku bunga yang tinggi, BBRI dalam proyeksinya memperkirakan tidak akan ada dampak signifikan terhadap likuiditas BRI secara keseluruhan.

“Strategi menjaga likuiditas dilakukan melalui pertumbuhan simpanan khususnya yang berbasis dana murah alias current account saving account (CASA), di mana hingga akhir September 2023 CASA BRI tetap mendominasi dengan porsi di atas 60% dari total simpanan,” ujarnya

Bagi Hendy, pertumbuhan ini mampu menjaga LDR BRI (bank only) pada level yang managable dikisaran 88%. Sehingga kenaikan suku bunga mampu di-maintain dampaknya secara terkendali.

Sementara itu PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat dan Banten Tbk atau yang dikenal dengan Bank BJB juga memproyeksikan tingkat pertumbuhan kredit yang optimistis pada kisaran 9-11% YoY hingga akhir tahun.

Nancy Adistyasari, Penanggung Jawab Komersial dan UKM BJBR, mengungkapkan rencana untuk menggenjot kredit konsumer, korporasi hingga komersial.

“Karena setelah berlalunya Covid-19 maka dengan [pulihya] petumbuhan ekonomi, membuat banyak proyek pembangunan dan modal kerja akan mulai tumbuh di 2023 dan 2024,” katanya dalam paparan kinerja kuartal III, Selasa (31/10).

Pihaknya juga akan mendalami rencana strategis BJBR dalam mendongkrak sektor UMKM dan menargetkan pertumbuhan dua digit hingga 20%, BJBR secara strategis memfasilitasi pendanaan langsung kepada penerima kredit dan menjalin kerja sama dengan lembaga pembiayaan dengan konsep channeling. Hasil yang menjanjikan dari pendekatan langsung dan kolaboratif ini dapat memberikan potensi perubahan bagi sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM).

Tercatat, per September 2023 pasar kredit konsumen, sebagai segmen pasar terbesar mewakili 58,7% dari total kredit, telah mencapai 6,2% YoY tahun mencapai Rp68,3 triliun yang mengesankan.

Selain itu, usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) juga mengalami pertumbuhan luar biasa sebesar 12,6%, sehingga totalnya mencapai Rp7,4 triliun, hal ini didorong oleh distribusi mikro langsung yang dilakukan oleh perbankan, yang mencatat pertumbuhan sebesar 24,9% YoY pada tahun. Selain itu, kredit korporasi dan komersial juga meningkat hingga 16,4% dengan nilai masing-masing sebesar Rp19,1 triliun dan Rp11,4 triliun.

Terakhir, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) yang juga memproyeksikan perseroan dapat tumbuh di atas rata-rata industri hingga akhir tahun, meski harus dibayangi ketidakpastian kondisi global seiring dengan memanasnya tensi geopolitik hingga era suku bunga tinggi.

Direktur Keuangan dan Strategi Bank Mandiri Sigit Prastowo mengatakan hal ini didasarkan capaian Bank Mandiri yang mencatatkan kinerja, di mana kredit perseroan  tumbuh 12,71% secara tahunan, melampaui industri 8,96% YoY. 

“Atas dasar pencapaian kredit yang baik hingga triwulan 2023 ini, kami optimis di akhir tahun 2023, pertumbuhan kami masih akan ada di atas range atas guidance kami, yaitu 10-12%, kami memperkirakan pertumbuhan kredit ini merata dari wholesale dan ritel,” katanya dalam paparan kinerja kuartal III/2023, Senin (30/10).

ojk
Share this Post:

TERBARU

Copyrights © 2024 All Rights Reserved by BPR News