BPRNews.id - Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Jakarta, 8 Agustus 2024 Dian Ediana Rae, mengungkapkan bahwa ekonomi domestik Indonesia tetap menunjukkan kekuatan di tengah ketidakpastian global. Hal ini didorong oleh peningkatan konsumsi domestik, investasi, dan belanja pemerintah.
“Pertumbuhan didorong oleh masih kuatnya konsumsi domestik dan investasi, serta naiknya ekspor dan pengeluaran pemerintah,” kata Dian dalam keterangan persnya di Jakarta pada Kamis.
Pernyataan ini merujuk pada Laporan Surveillance Perbankan Indonesia (LSPI) untuk Triwulan I-2024, yang mencatat pertumbuhan ekonomi domestik mencapai 5,11 persen (yoy) pada triwulan pertama tahun 2024, naik dari 5,04 persen (yoy) pada triwulan IV-2023.
Pertumbuhan ekonomi ini didorong oleh investasi yang terus berlanjut, terutama sehubungan dengan pembangunan infrastruktur pemerintah, seperti proyek Ibu Kota Nusantara (IKN), serta peningkatan pengeluaran pemerintah, terutama untuk belanja barang terkait pelaksanaan Pemilu 2024.
Menurut data Kementerian Keuangan, belanja pemerintah pusat (BPP) yang memberikan manfaat langsung kepada masyarakat mencapai Rp640,9 triliun, atau 77,8 persen dari total realisasi BPP hingga Mei 2024.
Investasi swasta untuk pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur, yang dilakukan secara bertahap, telah mencapai Rp60 triliun hingga saat ini.
Indikator perbankan juga mencerminkan kekuatan ekonomi domestik, dengan pertumbuhan kredit bank umum pada triwulan I-2024 tercatat sebesar 12,40 persen (yoy), meningkat dari 9,93 persen (yoy) pada periode yang sama tahun lalu. Pertumbuhan ini didorong oleh permintaan yang solid untuk konsumsi dan investasi serta pengeluaran pemerintah.
Di sisi lain, dana pihak ketiga (DPK) juga menunjukkan pertumbuhan sebesar 7,44 persen (yoy), naik dari 7,00 persen (yoy) pada tahun sebelumnya, yang berkontribusi pada stabilitas likuiditas perbankan.
Risiko kredit juga mengalami perbaikan, dengan rasio Non-Performing Loan (NPL) gross menurun menjadi 2,25 persen, sedangkan NPL net sedikit meningkat menjadi 0,77 persen.
Kinerja bank perekonomian rakyat (BPR) dan BPR syariah (BPRS) juga menunjukkan hasil yang baik, meskipun pertumbuhan kredit/pembiayaan melambat, DPK mengalami peningkatan dibandingkan tahun sebelumnya. Rasio permodalan juga kuat, dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) BPR sebesar 32,60 persen dan BPRS sebesar 23,57 persen.