bprnews.id - Setelah penurunan suku bunga The Fed, Bank Perekonomian Rakyat (BPR) dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) diperkirakan akan menghadapi tantangan signifikan di masa mendatang, mengingat dampak dari ketidakstabilan ekonomi global yang turut mempengaruhi perekonomian domestik.
Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Dian Ediana Rae, menyatakan bahwa perubahan ekonomi baik di tingkat global maupun nasional membawa tantangan tersendiri bagi sektor BPR dan BPRS. Namun demikian, berbagai langkah penguatan telah disiapkan guna menghadapi situasi ini, sehingga diharapkan industri tetap dapat bertumbuh secara berkelanjutan.
Selain itu, penerapan teknologi informasi yang semakin meluas juga telah mengubah perilaku, harapan, dan kebutuhan masyarakat terkait layanan keuangan. Ini tidak hanya berdampak pada bank-bank besar, namun juga mempengaruhi BPR dan BPRS.
"Adopsi teknologi telah mengubah ekspektasi masyarakat, termasuk dalam layanan yang diberikan oleh BPR dan BPRS. Mereka harus mampu menyesuaikan diri dengan perubahan ini," ungkap Dian Ediana Rae melalui jawaban tertulis.
Di sisi lain, persaingan di sektor keuangan, khususnya dalam hal penyaluran kredit kepada UMKM, semakin ketat. Untuk tetap relevan dan mampu bersaing dengan lembaga keuangan lainnya, BPR dan BPRS harus melakukan penyesuaian dan meningkatkan daya saing mereka.
Roadmap Pengembangan dan Penguatan BPR/S 2024-2027 Dalam rangka menghadapi berbagai tantangan tersebut, OJK telah mengeluarkan Roadmap Pengembangan dan Penguatan Industri BPR/S pada tanggal 21 Mei 2024. Roadmap ini mencakup empat pilar utama yang bertujuan untuk membangun industri BPR dan BPRS yang tangguh, kompetitif, dan memberikan kontribusi nyata bagi masyarakat, terutama di daerah-daerah.
"Penerapan roadmap ini menjadi langkah penting untuk memperkuat industri BPR dan BPRS agar tetap tangguh menghadapi tantangan bisnis ke depan," jelas Dian.
Adapun empat pilar utama dalam roadmap tersebut meliputi:
Tantangan di Tahun 2025 Walaupun roadmap telah disusun, tantangan masih akan ada bagi industri BPR dan BPRS di tahun 2025. Dian Ediana Rae menegaskan bahwa tantangan tersebut tidak hanya berasal dari faktor eksternal, seperti ketidakpastian ekonomi global, tetapi juga dari dalam industri itu sendiri.
"Persaingan yang ketat, terutama bagi BPR yang memiliki daya saing rendah, menjadi salah satu tantangan utama. Karena itu, penguatan daya saing menjadi kunci keberhasilan BPR di masa depan," jelas Dian.
Dalam menghadapi tantangan ini, OJK telah mempersiapkan beberapa strategi melalui penguatan struktur dan daya saing, akselerasi digitalisasi, serta penguatan peran BPR dan BPRS di wilayah masing-masing. Dian berharap bahwa dengan implementasi roadmap ini, BPR dan BPRS akan lebih tangguh dan dapat menghadapi tantangan bisnis dengan lebih efektif.
"Jika inisiatif-inisiatif dalam roadmap dilaksanakan dengan baik, industri BPR dan BPRS akan mampu mempertahankan eksistensinya serta memberikan kontribusi yang signifikan bagi ekonomi nasional," tambah Dian.