Bprnews.id - Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) menyebut setiap tahun ada tujuh hingga delapan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) yang tumbang. Namun Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan, hal itu terjadi bukan akibat perburukan ekonomi. Melainkan karena buruknya tata kelola yang dilakukan manajemen BPR.
"Memang setiap tahun tujuh hingga delapan BPR jatuh tapi bukan karena perburukan ekonomi, hanya 'bad management' saja' jelas Purbaya dalam LPS Award di Jakarta, Rabu (6/12/2023).
Kendati demikian, LPS ungkapnya selalu berkomitmen melindungi nasabah jika ada bank yang tumbang. Buktinya hingga Oktober lalu LPS telah membayar dana nasabah hingga Rp 260 miliar, seiring tutupnya empat BPR.
Purbaya menuturkan bahwa aset LPS hingga saat ini dalam kondisi cukup dan telah mencapai Rp 217 triliun. Di sisi lain, jumlah rekening nasabah bank umum yang dijamin LPS telah mencapai 99,4 persen dari 534 juta rekening per September 2023.
Selain itu, LPS juga mempertahankan Tingkat Bunga Pinjaman (TPT) periode 1 Oktober 2023 hingga 31 Januari 2024 sebesar 4,25 persen untuk simpanan rupiah di bank umum dan 6,75 persen untuk simpanan rupiah di BPR.
Untuk diketahui, LPS menjamin simpanan masyarakat hingga Rp 2 miliar. Namun Purbaya mengatakan angka tersebut diminta dinaikan oleh DPR.
"Rp 2 miliar ini banyak yang protes, kata DPR itu harus lebih tinggi lagi, namun kata IMF harus diturunkan karena rasion di negara maju itu hanya 6-7 kali dari PDB, sementara di Indonesia Rp 2 miliar 28 kali dari PDB," rinci Purbaya.
LPS pun terus memperkuat literasi keuangan masyarakat Indonesia untuk menghadapi tantangan masa depan. Hal ini sejalan dengan visi LPS untuk mewujudkan masyarakat Indonesia yang memiliki indeks literasi keuangan yang tinggi (well literate) sehingga dapat memanfaatkan produk dan/atau layanan jasa keuangan secara bijak dan optimal.