bank umum


Suku Bunga Terus Menurun, Perbankan Rebutan Tabungan dengan Profitabilitas yang Tergerus

Standard Post with Image

Bprnews.id - Pertarungan sengit antarbank dalam merebut dana simpanan nasabah memicu penurunan suku bunga kredit dan peningkatan suku bunga simpanan. Bank Indonesia (BI) mencatat, pada Desember 2023, suku bunga kredit mengalami penurunan menjadi 9,25%, sementara suku bunga simpanan berjangka mengalami kenaikan pada tenor 1 bulan, 3 bulan, 6 bulan, dan 12 bulan, masing-masing mencapai 4,71%; 5,26%; 5,52%; dan 5,74%.

Data dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan pertumbuhan kredit perbankan mencapai 9,74% atau Rp6.966 triliun per November 2023, melampaui target BI.

Namun, Net Interest Margin (NIM) perbankan menurun menjadi 4,83% pada November 2023, turun dari 4,85% pada bulan sebelumnya.

Sebelum pandemi COVID-19, NIM perbankan pada 2019 berada pada level 4,19%, sedangkan tahun sebelumnya berada di atas 5%.

Presiden Direktur CIMB Niaga, Lani Darmawan, menyatakan bahwa meskipun biaya dana industri masih tinggi, suku bunga kredit tidak mengalami penurunan.

"Tetapi tidak mungkin sustainable dengan terus menggerus NIM, karena selain biaya, ada CKPN yang harus dihitung sehubungan dengan kredit," ujarnya.

Peningkatan suku bunga deposito seiring pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) perbankan yang melambat menjadi penyebab perubahan dinamika ini. DPK yang hanya tumbuh 3,8% secara tahunan (YoY) pada Desember 2023 menjadi Rp 8.234,2 triliun.

Giro, sebagai komponen DPK yang paling banyak mengalami kontraksi pada penghujung tahun, hanya tumbuh 3,9% YoY pada Desember 2023, dibandingkan dengan pertumbuhan 13% YoY pada awal semester II/2023.

Senior Faculty LPPI, Moch Amin Nurdin, menyatakan bahwa suku bunga tinggi diperkirakan akan bertahan lama karena faktor inflasi dari kondisi global yang dipengaruhi oleh faktor geopolitik.

Dalam menghadapi situasi ini, bank diharapkan dapat menjaga cost of fund (CoF) dan cost of borrowing untuk menjaga NIM mereka.

Bank kemudian mulai menurunkan suku bunga kredit sebagai strategi untuk tetap beroperasi secara efisien. Amin menyarankan agar bank mempertimbangkan bermain di money market atau instrumen lain yang memberikan keuntungan dalam waktu singkat namun memiliki ketahanan yang tinggi dan risiko minim.

"Sementara itu, bank seharusnya menyeimbangkan suku bunga yang secara umum turun, tetapi di satu sisi, bank harus melihat prospek kredit yang memberikan yield tinggi," tambahnya.

Amin mengakui bahwa hingga saat ini belum ada bank yang mempertimbangkan untuk meningkatkan tingkat suku bunga, mengingat persaingan yang ketat dan ketidakpastian situasi saat tahun politik.

 "Kalau bank tiba-tiba menaikkan suku bunga, bisa-bisa mereka lari ke pesaing yang bisa menawarkan suku bunga yang lebih rendah," jelasnya.

 

 

Share this Post:

TERBARU

Copyrights © 2024 All Rights Reserved by BPR News