BPRNews.id - PT Pegadaian (Persero) menyampaikan bahwa rencana pembentukan gold bullion bank di Indonesia diharapkan akan selesai pada bulan September tahun ini. Rencana ini merupakan amanat dari Undang-Undang tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (UU P2SK).
Elvi Rofiqotul Hidayah, Direktur Pemasaran dan Pengembangan Produk Pegadaian, menjelaskan bahwa sesuai dengan UU P2SK, pembentukan gold bullion bank harus selesai paling lambat Januari 2025. "Mudah-mudahan bulan September sudah bisa keluar, sehingga kami bisa mengajukan izin ke OJK [Otoritas Jasa Keuangan] untuk bisa melaksanakan servicenya," ungkap Elvi di Jakarta pada Selasa, 3 September 2024.
Elvi menambahkan bahwa Pegadaian telah siap mengelola bank bullion ini, mulai dari pengembangan sistem hingga pelaksanaan kegiatan usaha. Salah satu kegiatan pertama yang akan dilakukan adalah perdagangan emas, yang saat ini sudah dijalankan oleh entitas usaha Pegadaian melalui Galeri24. Selain itu, gold bullion bank juga akan menawarkan skema titipan emas, di mana nasabah dapat menitipkan emas mereka kepada bank. Saat ini, Pegadaian sudah menampung lebih dari 9 ton emas titipan nasabah.
Selain skema titipan, gold bullion bank akan menyediakan layanan simpanan emas. Nasabah akan memiliki opsi untuk menyimpan emas mereka di Pegadaian, dan emas tersebut bisa dimonetisasi atau diputar, menunggu izin dari OJK. "Kita saat ini sedang melakukan uji sistem dengan anak usaha kita, Galeri24. Saat ini sudah lancar sistemnya, tinggal nunggu peraturan keluar, baru akan kita campaign ke masyarakat," kata Elvi.
Yang terakhir, Pegadaian juga akan membentuk ekosistem bisnis pinjaman emas, di mana nasabah dapat meminjam emas dari Pegadaian, dan pengembaliannya juga akan dilakukan dalam bentuk emas.
Rencana pembentukan gold bullion bank ini juga didukung oleh Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yang melihatnya sebagai respon terhadap ketidakpastian geopolitik global. Wakil Menteri BUMN, Kartika Wirjoatmodjo, yang akrab dipanggil Tiko, menjelaskan bahwa ketegangan geopolitik global mendorong banyak negara besar kembali berinvestasi dalam emas sebagai aset yang aman. "Sekarang ini justru negara-negara besar, Cina, Amerika malah back to gold lagi, karena dengan situasi geopolitik yang sekarang semakin tidak terprediksi. Jadi ini sebenarnya bukan aset yang *sunset*," ujar Tiko pada awal Mei lalu.
Tiko juga menyoroti pembangunan smelter PT Freeport Indonesia di Manyar, Gresik, yang diperkirakan akan memproduksi 50 ton emas per tahun. Ia meminta Pegadaian, yang memiliki pengalaman dalam mengelola investasi emas, untuk bekerja sama dengan Holding BUMN Pertambangan MIND ID dalam pengembangan gold bullion bank ini