BPRNews.id - Bank-bank milik investor Korea dan Jepang di Indonesia menyatakan optimisme menghadapi 2025 dengan berbagai strategi untuk mendorong pertumbuhan bisnis. Sejumlah bank telah merancang target dan rencana bisnis yang dinilai akan memperkuat kinerja mereka di tahun mendatang.
PT IBK Bank Indonesia Tbk (AGRS), bank yang dimiliki oleh Industrial Bank of Korea (IBK), menargetkan peningkatan penyaluran kredit sebesar Rp 2,5 triliun pada 2025 dibandingkan dengan realisasi kredit di 2024. Lee Dae Sung, Direktur IBK Indonesia, menyatakan bahwa fokus utama tetap pada sektor korporasi, khususnya industri manufaktur.
“Kami sebenarnya juga sudah mulai menyalurkan kredit sindikasi, dan tahun depan kami (IBK Indonesia) juga akan menjadi mandated lead arranger (MLA) yang dapat mendorong pertumbuhan kredit, walaupun tanpa sindikasi kami juga sudah bisa mendorong pertumbuhan kredit tahun depan,” ujarnya dalam acara Public Expose dan Investor Relation di Jakarta, Selasa 10 Desember 2024.
Lebih lanjut, Lee menyebut bahwa IBK Indonesia sedang melakukan diskusi intensif dengan tiga perusahaan terkait penyaluran kredit sindikasi. Realisasi kredit IBK Indonesia secarabank only per Oktober 2024 telah tumbuh 15,35% yoy menjadi Rp 10,86 triliun dari sebelumnya Rp 9,42 triliun. Pertumbuhan ini berkontribusi pada peningkatan pendapatan bunga bersih sebesar 15,9% yoy menjadi Rp 488,67 miliar, sementara laba bersih naik 11,80% yoy menjadi Rp 194,25 miliar dari Rp 173,74 miliar di tahun sebelumnya.
Senada dengan IBK, PT Bank Oke Indonesia Tbk (DNAR) atau OK Bank, juga optimis menghadapi 2025 dengan target pertumbuhan kredit sebesar 10% yoy. Menurut Direktur Kepatuhan OK Bank, Efdinal Alamsyah, potensi pertumbuhan kredit di 2025 berada di sektor-sektor seperti infrastruktur, energi baru terbarukan (EBT), manufaktur, dan pariwisata.
Strategi OK Bank untuk mencapai target tersebut melibatkan peningkatan digital platform untuk efisiensi operasional dan peningkatan layanan. “OK Bank juga akan melakukan diversifikasi produk dan portofolio kredit dengan lebih fokus pada sektor yang memiliki risiko lebih rendah, serta mempertahankan NPL rendah melalui evaluasi kredit yang ketat dan pengelolaan kredit bermasalah,” jelas Efdinal.
Sementara itu, bank milik investor Jepang, PT Bank SMBC Indonesia Tbk, juga memproyeksikan pertumbuhan positif di 2025. Andrie Darusman, Communications and Daya Head SMBC Indonesia, menyatakan bahwa fokus bisnis bank meliputi seluruh segmen kredit, baik korporasi maupun ritel.
“SMBC melihat Indonesia sebagai market yang cukup besar dan potensial, sehingga ini menjadi alasan untuk menjadikan Indonesia sebagai salah satu pasar terbesar di antara negara lainnya,” ujarnya saat acara Media Gathering di Jakarta 10 Desember 2024.
Selain strategi bisnis, Andrie menambahkan bahwa SMBC akan melaksanakan perubahan merek dan logo di seluruh kantor cabang secara bertahap, dengan target penyelesaian pada 2026.
Sebelumnya, Henoch Munandar, Direktur Utama SMBC Indonesia, mengungkapkan bahwa penerbitan Obligasi Berkelanjutan V Bank SMBC Indonesia Tahap II Tahun 2024 senilai Rp 1,39 triliun pada Desember 2024 menjadi salah satu langkah strategis untuk mendukung pertumbuhan kredit di 2025.
Dengan berbagai strategi dan target ambisius tersebut, bank-bank milik investor Korea dan Jepang siap memanfaatkan peluang di 2025 untuk memperkuat posisi mereka di pasar perbankan Indonesia.