Bprnews.id - PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, yang memiliki fokus utama pada usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), membentuk Holding Ultra Mikro (UMi) pada tahun 2021. Holding ini terdiri dari BRI, Pegadaian, dan Permodalan Nasional Madani (PNM), dengan target melayani 45 juta masyarakat yang belum memiliki akses ke layanan keuangan formal (unbankable) hingga tahun 2024.
Hingga September 2023, jumlah debitur dalam holding ini telah mencapai 36,6 juta, menunjukkan pertumbuhan sebesar 22% sejak September 2021. Artinya, BRI, Pegadaian, dan PNM masih berupaya menjangkau 8,4 juta debitur ultra mikro baru hingga 2024.
Supari, Direktur Bisnis Mikro BRI, berambisi melalui Holding UMi, masyarakat yang sebelumnya terpaksa membayar bunga besar kepada rentenir saat meminjam dana, dapat beralih menjadi nasabah ultra mikro dengan akses ke layanan keuangan yang lebih terjangkau.
"Holding UMi juga menargetkan mereka yang sekarang ada di rentenir. Betapa tidak efisiennya mereka bayar bunga hingga 500% setahun. Bagaimana jika mereka kita mudahkan aksesnya, masuk ke lembaga keuangan formal, maka mereka akan menambah margin keuntungan. Sehingga mereka akan lebih kuat modalnya dan punya kapasitas yang lebih besar," terang Supari dalam keterangan resmi, Senin (20/11/2023).
Total kredit yang belum dilunasi dari holding ultra mikro mencapai Rp 590,7 triliun pada akhir September 2023, menandai pertumbuhan tahunan sebesar 11,6%. Angka ini mencerminkan peningkatan sebesar 27,38% jika dibandingkan dengan periode awal pembentukan holding.
Rinciannya, kontribusi kredit mikro dari BRI sebagai induk holding mencapai Rp 479,9 triliun, mengalami kenaikan sebesar 10,9% secara tahunan dengan melibatkan 14,2 juta debitur. Sementara itu, bagian kredit dari Pegadaian mencapai Rp 65,6 triliun, menunjukkan peningkatan sebesar 17,3% dengan melibatkan 7,4 juta peminjam. Sedangkan pembiayaan dari PNM mencapai Rp 45,3 triliun, mencatat pertumbuhan sebesar 14,3% dengan melibatkan 15 juta debitur.
Dalam mendistribusikan kredit, Holding Ultra Mikro menggunakan berbagai saluran seperti outlet fisik, platform digital, dan AgenBRILink. Hingga September 2023, Holding UMi telah menetapkan outlet fisik sebanyak 15.300 unit, yang terdiri dari 6.809 outlet BRI, 4.087 kantor Pegadaian, dan 4.482 kantor PNM. Ketiganya juga memiliki jaringan kantor bersama yang dikenal sebagai Senyum (Sentra Layanan Ultra Mikro) dengan total 1.016 unit.
Selain itu, jaringan ini didukung oleh tenaga pemasar mikro sebanyak 74.200, yang terdiri dari 29.900 Mantri BRI, 2.500 penaksir Pegadaian, dan 44.800 Account Officer (AO) PNM. Holding juga telah melakukan digitalisasi layanan kredit ultra mikro melalui BRISPOT, Pegadaian Selena, dan PNM Digi.
Terbaru, layanan Senyum telah mengalami digitalisasi dengan diluncurkannya Senyum Mobile pada Oktober 2023. Platform digital ini menjadi penghubung dari BRI, Pegadaian, dan PNM yang memungkinkan untuk melakukan cross-selling dan akuisisi bersama.
Bprnews.id - Mengembangkan potensi usaha di suatu wilayah bisa menjadi salah satu jalan untuk mendorong masyarakat dan wilayah tersebut semakin maju. Potensi ini bisa beragam jenisnya. Bahkan, hasil bumi khas yang ada di wilayah tersebut juga bisa dikreasikan menjadi produk unik yang nantinya dapat menjadi ikon di wilayah tersebut.
Hal ini juga yang dilakukan oleh masyarakat Kampung Waluran Tonggoh, Desa Sukalaksana, Kec. Samarang, Kab. Garut. Sudah sejak lama masyarakat di daerah tersebut dikenal dengan profesinya sebagai petani kopi dan akar wangi. Keduanya memang bahan yang berbeda, tapi ketika dikombinasikan bisa menjadi produk minuman dengan citarasa yang khas.
Adi Ahmad Nasir (32) adalah adalah sosok di balik layar klaster usaha Kopi Akar Wangi yang dikembangkan oleh masyarakat setempat. Sebagai ketua klaster, tekadnya adalah ingin selalu membawa klaster kelompok usahanya agar terus bisa menjadi lebih baik dari sebelumnya.
Ia bercerita tentang bagaimana awalnya ide inovatif tersebut muncul yang menjadi kekuatan utama klaster usahanya tersebut. Pada awalnya memiliki penghasilan dari Kopi Arabika dan akar wangi, sehingga muncul wacana untuk membuat gabungan antara kopi dan akar wangi
"Mulai tahun 2017 sudah dimulai usaha pengolahan kopi akar wangi, tapi kalau idenya sudah ada sejak 2015. Namun, saat itu masih belum sebesar sekarang. Sejak mendapat bantuan dari BRI, usaha kita meningkat. Kita banyak mendapatkan bantuan mulai dari pemasaran, kemasan, label halal dan label lainnya. Alhamdulillah berkat dibantu oleh BRI, kalau dulu hanya dikonsumsi sendiri atau dijual ke kedai, sekarang pemasarannya lebih berkembang," kata Adi dalam keterangan tertulis dikutip Minggu (19/11).
Klaster usaha Kopi Akar Wangi ini sendiri sudah berkembang menjadi 14 kelompok usaha. Seiring dengan berjalannya waktu, klaster usaha tersebut juga memberikan dampak positif untuk kesejahteraan masyarakat sekitar.
"Alhamdulillah banyak dampak untuk kesejahteraan kelompok. Kalau dulu hanya sedikit, sekarang sudah nambah klaster anggota kelompok. Selain itu juga ada peningkatan ekonomi, kalau dulu kita hanya mengelola 10-50 kg saja, sekarang Alhamdulillah sudah bisa 1-2 kuintal," lanjutnya.
Untuk proses pembuatan Kopi Akar Wangi, menurut Adi hampir sama dengan kopi biasa hanya melibatkan 2 (dua) tahapan yaitu, pertama adalah proses pembuatan kopi itu sendiri dimana setelah panen, biji kopi dicuci, dijemur dan dimasukkan ke mesin pulper untuk dipisahkan dari bijinya. Proses kedua adalah di-roasting dan di-grinder hingga menjadi serbuk. Setelah menjadi serbuk kemudian dicampurkan dengan akar wangi.
Sementara itu, pengolahan akar wangi juga dilakukan dengan cara yang hampir sama. Akar wangi yang panen sekitar 10-12 bulan sekali itu diambil akarnya, lalu dicuci sampai bersih dan dijemur. Setelah itu, proses grinder pun dilakukan untuk menjadikannya serbuk sehingga bisa dicampurkan dengan bubuk kopi.
Seluruh proses pembuatan kopi akar wangi ini dilakukan di sebuah greenhouse yang lokasinya berada di dekat desa wisata.
"Lokasi ini memang sengaja kita pilih biar ada pemasukan. Jadi kalau berkunjung ke desa wisata itu bisa juga melihat proses pembuatan kopi akar wangi mulai dari penjemuran, hulu sampai hilir bisa. Buat minuman di desa wisata itu sendiri juga kita diwajibkan menggunakan kopi akar wangi," jelas Adi.
Produk yang dihasilkan oleh Klaster Usaha Kopi Akar Wangi ini dipasarkan melalui Badan Usaha Milik Desa (BUMDES). "Kalau ada kegiatan di BUMDES, produk kita juga bisa jadi oleh-oleh atau souvenir," imbuhnya.
Dukungan dan Pendampingan BRI
Adi menceritakan besarnya peranan BRI dalam mendorong Klaster Usaha Kopi Akar Wangi semakin berkembang hingga saat ini. Semua berawal saat Desa Sukalaksana mengikuti program Desa BRILian, bisa masuk nominasi hingga menjadi juara yang membuatnya kemudian menjadi desa binaan BRI. Dari situ, peluang pemberdayaan masyarakat pun semakin terbuka lebar.
"Kalau bentuk dukungan dari BRI berupa sarana dan prasarana dalam menjalankan Klaster Usaha Kopi Akar Wangi ini. Kita mendapatkan bantuan greenhouse hingga alat-alat dari hulu sampai hilir. Dari mulai hulu itu misalnya alat-alat dari proses panen, alat pengolahan, hingga pengemasan di hilirnya, semuanya adalah bantuan dari BRI," ungkap Adi.
Selain sarana dan prasarana, mereka juga mendapatkan pelatihan serta pendampingan terkait dengan pengelolaan hingga pemasaran agar bisa menjadi klaster usaha yang mandiri. "Kami juga sudah memiliki outlet coffee shop modern di Rest Area Parabon. Kalau dulu kita cuma bisa menjual, sekarang kita sudah punya hilirnya, sudah punya alat-alatnya, jadi kita buat coffee shop juga," terangnya.
Selain itu, jika ada kegiatan yang digelar oleh BRI, Klaster Kopi Akar Wangi juga selalu diundang dan ditampilkan sebagai produk binaan BRI. Hal ini juga menjadi upaya memperkenalkan klaster usaha tersebut ke masyarakat yang lebih luas.
Pada kesempatan terpisah, Direktur Bisnis Mikro BRI Supari mengungkapkan, bahwa program Klaster Usaha 'Klasterku Hidupku' menjadi wadah bagi pelaku UMKM untuk mengembangkan bisnisnya. Lewat berbagai kegiatan pendampingan tersebut, pelaku UMKM bisa mendapatkan kesempatan mengembangkan produknya.
"Kami berkomitmen untuk terus mendampingi dan membantu pelaku UMKM, tidak hanya berupa modal usaha saja tapi juga melalui pelatihan-pelatihan usaha dan program pemberdayaan lainnya sehingga UMKM dapat terus tumbuh dan semakin tangguh," pungkasnya.
Bprnews.id - Indeks Harga Saham Gabungan atau IHSG hari ini berpotensi bergerak dalam kecenderungan menguat pada sepanjang perdagangan dengan pergerakan indeks saham akan berada di kisaran 6.850-7.000.
Pengamat pasar modal dan pendiri WH Project, William Hartanto, menyatakan bahwa dari hasil perdagangan sebelumnya, IHSG tidak mengalami penutupan celah (gap) untuk kedua kalinya. Sebaliknya, IHSG membentuk dukungan pada MA5, yang menunjukkan indikasi awal dari tren naik (uptrend).
"Terjadi net buy asing dalam beberapa hari terakhir. Walaupun belum bisa menjadi indikasi yang kuat bahwa net buy ini akan terus berlangsung namun sudah berperan sebagai katalis positif untuk penguatan," tulis William dalam analisisnya, Senin (20/11).
Menurut William, sayangnya, nilai transaksi masih belum memadai untuk menjadi konfirmasi. "Namun, dengan apa yang sudah terjadi sampai dengan hari Jumat pekan lalu, kami cukup optimis untuk mengatakan bahwa IHSG sudah terindikasi uptrend," katanya.
Dari segi teknikal, IHSG terus mengalami penguatan di atas dukungan MA5 dan MA20, menunjukkan indikasi dari tren naik yang konsisten. IHSG juga telah memulai pengujian terhadap resistance 7000. Namun, dari sisi sentimen, belum ada sentimen baru yang perlu diperhatikan.
Sebelumnya, IHSG mengalami kenaikan sebesar 19,65 poin (+0,28%) hingga mencapai 6.977,66 pada perdagangan hari Jumat, 17 November 2023. Dalam perdagangan tersebut, terdapat 213 saham yang mengalami kenaikan, 319 saham mengalami penurunan, dan 215 saham tidak mengalami perubahan harga. Total nilai transaksi mencapai 8,4 triliun rupiah (all market).
Berikut beberapa rekomendasi saham secara teknikal:
JTPE, buy, support 332, resistance 380.
Penguatan konsisten di atas support MA5 dan MA20 (trend following).
BUAH, buy, support 1770, resistance (estimasi) 1900.
Penguatan konsisten di atas support MA5 dan MA20 (trend following).
TPIA, buy, support 2940, resistance 3100.
Penguatan konsisten di atas support MA5 dan MA20 (trend following).
PDPP, buy, support 306, resistance 344.
Konfirmasi pola falling wedge pada harga 316, pola ini adalah pola bullish.
Bprnews.id - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) buka suara terkait ramainya pembahasan mengenai wacana pembukaan kode broker.
Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal, Keuangan Derivatif, dan Bursa Karbon OJK, Inarno Djajadi, menyatakan bahwa perlu dilakukan pengkajian terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk membuka kembali kode broker.
“Itu saya belum dapat update terus terang, tapi memang kalau pembukaan kode broker seperti yang sebelumnya tentunya itu perlu dikaji,” tutur Inarno di sela-sela acara Capital Market Journalist Workshop di Balikpapan pada Jumat (17/11).
Namun, Inarno berpendapat hal yang pernah dihapuskan sebelumnya, akan mendapatkan pertentangan dari berbagai pihak kala akan dimunculkan kembali.
“Pertama karena adalah retail itu cenderung untuk masuk mengikuti kode broker tanpa melihat kepada fundamental, apa iya kita mau balik lagi ke kode broker untuk ditampilkan, rasanya sih ya perlu untuk dikaji,” tambah Inarno.
Pada awalnya, Bursa Efek Indonesia (BEI) menutup kode broker pada Desember 2021, ketika Inarno Djajadi menjabat sebagai Direktur Utama BEI. Sementara itu, kode domisili investor ditutup pada Juni 2022.
Kedua kode tersebut sebelumnya merupakan indikator bagi sejumlah pelaku untuk bertransaksi di pasar modal.
Inarno menegaskan bahwa meskipun mayoritas anggota bursa (AB) setuju untuk memunculkan kode broker, OJK tetap akan mengambil keputusan sebagai regulator yang sah.
“Balik lagi ya jangan terlalu diombang-ambingkan dengan apa pun kita tahu mana yang baik itu yang kita lakukan, yang menentukan siapa? Ya kita lah regulator,” imbuhnya.
Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota BEI, Irvan Susandy, menjelaskan bahwa saat ini Bursa Efek Indonesia (BEI) sedang melakukan peninjauan terhadap kebijakan penutupan kode broker. Ini dilakukan melalui survei online kepada anggota bursa untuk mengumpulkan masukan.
Meskipun survei tersebut tidak hanya untuk meninjau kode broker dan kode domisili, tetapi juga beberapa hal berkaitan dengan kebijakan perdagangan.
“Kode broker dalam proses interview, itu salah satu prosesnya kami meminta pandangan dari pelaku. Makanya kami lihat akan seperti apa hasil reviewnya. Kami balik lagi ke teman-teman AB, ini kalau kita buka nih sesi 1, kami kasih lagi tidak live, bagaimana responnya, begitu lho,” tutur Irvan dalam kesempatan yang sama.
Bprnews.id - PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) atau BSI optimistis bahwa pertumbuhan pembiayaan syariah dapat mencapai angka dua digit pada tahun 2024. Keyakinan ini dipercaya dapat menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi nasional.
Dalam konteks ini, Chief Economist BSI, Banjaran Surya Indrastomo, menyatakan bahwa kolaborasi antara pelaku sektor ekonomi dan BSI dapat berkontribusi dalam mencapai pertumbuhan pembiayaan tersebut.
"Kalau dalam konteks berapa persen, DPK syariah bisa tumbuh 11,43%. Sementara pembiayaan syariah tembus 10,25%. Saat ini, dari konteks portofolio lebih banyak working capital. Tapi, saya optimistis dari sisi ritel tumbuh, apalagi ada insentif bebas pajak," katanya dalam Media Gathering di Jakarta, dikutip Senin (20/11).
Menurut Banjaran, saat ini industri perbankan syariah perlu meyakinkan para pemangku kepentingan bahwa keuangan syariah tidak hanya diperuntukan umat Muslim, melainkan dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat. Selain itu, pelaku perbankan syariah juga bersedia untuk berkolaborasi dengan semua pemangku kepentingan di sektor usaha.
Adapun data dari Laporan Statistik Perbankan Indonesia (SPI) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat bahwa total aset perbankan syariah hingga Juni 2023 mencapai Rp801,68 triliun. Jumlah ini mengalami peningkatan dari posisi Juni 2022 yang sebesar Rp703,55 triliun.
Secara persentase, pertumbuhan aset perbankan syariah pada Juni 2023 mencatatkan kenaikan sebesar 7,63%. Meskipun pertumbuhannya sedikit lebih rendah dibandingkan dengan periode Juni 2022 yang mencapai 7,14% dari total industri perbankan.
Sementara itu, pertumbuhan aset bank syariah menunjukkan stagnasi dalam perbandingan bulanan. Pada bulan Januari, pertumbuhannya mencapai 7,35%, lalu naik menjadi 7,4% pada Februari. Pada bulan Maret, aset perbankan syariah kembali meningkat menjadi 7,6%, diikuti dengan pertumbuhan sebesar 7,58% pada April, dan tumbuh menjadi 7,59% pada Mei 2023.