Standard Post with Image
bank umum

UOB Akuisisi Citigroup di Indonesia Untuk Mempercepat Target Pertumbuhan Bank

Bprnews.id - UOB mengumumkan penyelesaian akuisisi bisnis perbankan konsumer Citigroup di Indonesia. Akuisisi ini sekaligus menandakan integrasi penuh aset dan liabilitas Citibank Indonesia ke UOB Indonesia. 

"Pengumuman hari ini menyusul selesainya proses integrasi di Malaysia dan Thailand pada bulan November 2022 dan di Vietnam pada Maret 2023. Hal tersebut juga menandai keseluruhan akuisisi UOB atas bisnis perbankan konsumer Citigroup yang terdiri dari bisnis portofolio unsecured, dan secured, wealth management dan retail deposit di empat negara ASEAN," seperti dikutip dari keterangan resmi perusahaan, Senin (20/11).

 

Keseluruhan akuisisi ini menambah jumlah karyawan UOB sebanyak hampir 5.000 orang yang akan memperkuat tim Bank. Dengan ekspansi organik, jangkauan ritel UOB di empat negara akan semakin luas didukung dengan basis nasabah ritel UOB di ASEAN yang mencapai hampir delapan juta nasabah. Hal ini mempercepat target pertumbuhan Bank dalam lima tahun ke depan. 

UOB Indonesia menyambut baik nasabah perbankan konsumer Citigroup di Indonesia. UOB Indonesia berharap dapat terus melibatkan nasabah melalui pendekatan omni-channel, memperdalam kemampuan digital untuk mengakuisisi nasabah dan memenuhi kebutuhan perbankan dan gaya hidup nasabah, serta memberikan interaksi yang disesuaikan dengan kebutuhan nasabah. 

Seiring dengan meningkatnya tren kemakmuran masyarakat, UOB Indonesia juga akan meningkatkan produk dan solusinya yang didukung oleh jaringan UOB yang lebih besar dan perluasan ekosistem mitra untuk memenuhi kebutuhan dan preferensi nasabah yang semakin berkembang.

Standard Post with Image
bank umum

Bank Asing di Indonesia Kalah Saing Dengan Bank Lokal, Apa Penyebabnya?

Bprnews.id - Beberapa bank dari luar negeri telah melepaskan sebagian divisi bisnis mereka di pasar Indonesia. Bank-bank asing tersebut dianggap kalah bersaing dengan bank-bank lokal.

Satu unit usaha milik Commonwealth Bank of Australia (CBA) di Indonesia, yaitu PT Bank Commonwealth yang telah dijual ke PT Bank OCBC NISP Tbk. (NISP). Kedua pihak, yaitu CBA dan OCBC Indonesia, sudah menandatangani perjanjian jual beli sale and purchase agreement (SPA) dengan CBA untuk transaksi pembelian 99% saham Bank Commonwealth.

Perkiraan nilai dari rencana transaksi akuisisi ini berkisar Rp2,2 triliun, dan nilai tersebut akan disesuaikan secara wajar berdasarkan ketentuan yang tercantum dalam perjanjian.

OCBC Indonesia juga berencana untuk membeli 1% saham yang tersisa dari Bank Commonwealth dari pemegang saham lainnya. Lauren Sulistiawati, Presiden Direktur Bank Commonwealth, menyatakan bahwa Bank Commonwealth akan bekerjasama dengan OCBC Indonesia untuk menjamin kelancaran proses penjualan dan masa transisi.

"Hingga penjualan selesai, bisnis akan terus berjalan seperti biasa bagi nasabah dan karyawan, dan kami akan terus memberikan layanan perbankan berkualitas tinggi kepada nasabah PT Bank Commonwealth," kata Lauren dalam keterangan tertulis pada beberapa waktu lalu.

Lauren menjelaskan bahwa penjualan saham CBA di Bank Commonwealth sesuai dengan arah strategi CBA untuk meningkatkan efisiensi dan kualitas dengan fokus pada operasi bisnis di Australia dan Selandia Baru. Tindakan ini juga mengikuti penjualan beberapa saham di tingkat internasional, termasuk PT Commonwealth Life di Indonesia, BoCommLife, dan 10% kepemilikan saham di Bank Hangzhou di China.

Di sisi lain, Citibank N.A. Indonesia (Citi Indonesia) telah melepas sektor bisnis perbankan konsumen mereka di Indonesia kepada PT Bank UOB Indonesia. Perpindahan ini mulai berlaku efektif sejak hari ini, yaitu Sabtu, 18 November 2023.

Citi Indonesia memutuskan untuk melepaskan divisi bisnis perbankan konsumen sebagai bagian dari strategi pergeseran fokus bisnis mereka. Bank ini akan lebih memusatkan perhatian pada bisnis perbankan institusional di Indonesia. Selain itu, Citi Indonesia berencana untuk mengembangkan sektor bisnis lainnya, seperti investment banking, corporate banking, commercial banking, transaction banking, market & treasury, custody, hingga layanan keamanan.

Pada awal tahun ini, Standard Chartered Bank Indonesia (SCBI) turut melepas divisi bisnis konsumennya kepada PT Bank Danamon Indonesia Tbk. (BDMN). Dalam portofolio kredit yang dijual oleh SCBI termasuk kredit pemilikan rumah (KPR) dan kartu kredit. Selain itu, pinjaman perorangan (personal loan) dan pinjaman otomotif milik SCBI juga akan dialihkan ke Bank Danamon.

Pada 2018, PT Bank ANZ Indonesia juga telah melepas divisi retail mereka ke PT Bank DBS Indonesia.

Doddy Ariefianto, seorang analis ekonomi dan perbankan dari Binus University, menyatakan bahwa di balik penjualan sektor bisnis bank-bank asing tersebut, performa bank asing di Indonesia memang tertinggal dari bank lokal. Menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per Agustus 2023, pangsa aset bank asing atau kantor cabang bank luar negeri hanya mencapai 4,78% dari total industri perbankan di Indonesia, dengan total aset bank asing mencapai Rp 529,02 triliun.

Sementara itu, pangsa kredit yang diberikan oleh bank asing hanya mencapai 2,5% dari total kredit yang diberikan oleh industri perbankan di Indonesia. Pada bulan Agustus 2023, total kredit yang telah disalurkan oleh bank asing mencapai Rp170,21 triliun.

Dari segi pendanaan, kontribusi bank asing dalam mendapatkan dana pihak ketiga (DPK) hanya mencapai 3,07% dari total simpanan nasabah di sektor perbankan. Total DPK yang berhasil dikumpulkan oleh bank asing mencapai Rp248,67 triliun.

Sejumlah lini bisnis, seperti konsumer juga sulit dikembangkan oleh bank asing di dalam negeri. "Di bisnis KPR misalnya, banyak bank lokal yang punya produknya. Di bisnis kartu kredit, persaingannya sekarang ditambah oleh pay later," kata Dod

Sementara itu, Amin Nurdin, Senior Faculty di Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), menyatakan bahwa penjualan sektor bisnis oleh bank asing tidak hanya disebabkan oleh persaingan semata, melainkan juga terkait dengan kondisi ekonomi global.

"Mereka [bank asing] harus memilah mana bisnis yang berkontribusi besar. Beberapa bank asing memang menilai bahwa lebih aman mereka bersaing di bisnis institutional banking dibandingkan konsumen," ujar Amin.

Batara Sianturi, Pimpinan Eksekutif (CEO) Citi Indonesia, juga menyampaikan alasan bank asing seperti Citibank memutuskan untuk melepaskan beberapa divisi bisnisnya di Indonesia adalah agar dapat lebih fokus pada sektor bisnis lain yang lebih menjanjikan. Terutama dalam aspek bisnis konsumen, Sianturi menilai bahwa pasar yang dapat diakses oleh bank asing terlalu terbatas.

Selain itu, dia menyebutkan bank asing kalah saing dengan pemain lokal. “Bagi bank global, bisnis konsumer biasanya hanya besar di home country,” kata Batara saat kunjungannya ke Wisma Bisnis Indonesia pada September lalu (27/9).

Standard Post with Image
bank umum

NIM Bank Indonesia Tergolong Tinggi Dalam Skala Global

Bprnews.id - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sedang merancang regulasi terkait keterbukaan informasi mengenai suku bunga kredit perbankan, dengan harapan dapat mengontrol margin bunga bersih Net Interest Margin (NIM) perbankan Indonesia. Meskipun sedang berusaha melakukan pengendalian tersebut, bank-bank digital justru mencatatkan NIM yang tinggi.

Dian Ediana Rae, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, menyatakan bahwa peraturan mengenai keterbukaan suku bunga bank belum resmi diterbitkan.

"Tapi drafnya sudah ada. Ini terkait masalah transparansi, bagaimana bank menetapkan komponen-komponen bunga," ujar Dian pada beberapa waktu lalu di Jakarta. 

Dia memastikan bahwa aturan itu tidak lama lagi terbit. "Tidak lama lagi, mungkin beberapa bulan lagi," ujar Dian.

OJK menerbitkan aturan tersebut di tengah upaya mengendalikan NIM perbankan Indonesia yang dinilai tinggi. "Kebijakan ini diharapkan dapat berkontribusi dalam mengendalikan NIM perbankan saat ini," ujar Dian.

Upaya untuk mengendalikan situasi tersebut memang sedang diperkuat sejalan dengan tingginya margin bunga bank di Indonesia. Sebelumnya, kabar mengenai tingginya margin bunga perbankan di Indonesia telah tersiar dan sampai ke telinga Presiden Joko Widodo "Tinggi banget, ini mungkin tertinggi di dunia," ungkap Jokowi dalam pidato pembukaan acara PTIJK 2023 pada awal tahun ini (6/2).

OJK mencatat bahwa pada bulan September 2023, (NIM) bank di Indonesia mencapai 4,85%. NIM perbankan di Indonesia tergolong tinggi jika dibandingkan dengan negara-negara lain. Menurut data The Global Economy, sepanjang tahun 2021, posisi NIM perbankan Indonesia berada di peringkat ke-31 tertinggi secara global.

Dalam kawasan Asia Tenggara, NIM perbankan Indonesia menduduki peringkat kedua, mengikuti Kamboja yang memiliki margin bunga bersih sebesar 5,35% pada tahun 2021, dengan selisih 29 basis poin (bps).

Di sisi lain, sejumlah bank yang memperoleh margin bunga bersih (NIM) tinggi adalah bank digital seperti PT Allobank Indonesia Tbk. (BBHI) yang dimiliki oleh konglomerat Chairul Tanjung dan PT Bank SeaBank Indonesia (SeaBank) yang merupakan bagian dari induk perusahaan Shopee. Bahkan, pada kuartal III/2023, kondisi margin bunga bank digital ini semakin meningkat secara signifikan.

Sebagai contoh, SeaBank memiliki margin bunga bersih (NIM) yang sangat tinggi dibandingkan dengan industri, mencapai 18,75% pada bulan September 2023. NIM SeaBank ini mengalami peningkatan sebesar 153 basis poin dibandingkan dengan September 2022, yang berada pada tingkat 17,22%.

PT Bank Amar Indonesia Tbk. (AMAR) mencatatkan margin bunga bersih (NIM) yang juga tinggi, yaitu 18,78% per bulan September 2023, mengalami kenaikan dibandingkan dengan NIM pada periode yang sama tahun sebelumnya, yang berada pada tingkat 15,93%.

Allo Bank juga mencatatkan peningkatan margin bunga bersih (NIM) dari 6,01% pada September 2022 meningkat sebesar 8,82% pada September 2023.

Di sisi lain, bank digital baru yaitu Superbank, mencatatkan kenaikan margin bunga bersih (NIM) dari 4,24% pada September 2022 menjadi 6,81% pada September 2023.

Meskipun PT Bank Neo Commerce Tbk. (BBYB) belum melaporkan kinerja keuangannya pada kuartal III/2023, namun dapat diinformasikan bahwa BBYB adalah bank digital yang mencatatkan margin bunga bersih (NIM) yang tinggi, yaitu 16,15% per Juni 2023. Angka ini menunjukkan peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, yang berada pada tingkat 10,16%.

NIM dari bank-bank tersebut bahkan melebihi NIM dari bank-bank besar. Sebagai contoh, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI) mencatatkan NIM sebesar 6,97% pada kuartal III/2023, bahkan mengalami penurunan dibanding periode yang sama tahun lalu yang mencapai 7,23%.

PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) melaporkan bahwa NIM mereka berada pada angka 4,64% pada bulan September 2023, mengalami penurunan dari 4,8% pada bulan yang sama tahun 2022. Selanjutnya, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) mencatatkan NIM sebesar 5,93%, sementara PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) tercatat memiliki NIM sebesar 5,52% pada bulan September 2023.

Amin Nurdin, dosen di Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), menjelaskan bahwa NIM yang tinggi di bank digital disebabkan oleh penetapan suku bunga yang lebih tinggi dibandingkan dengan bank konvensional.

"Yang menyebabkan tingkat tingginya NIM adalah tingkat suku bunga, selain itu likuiditas yang dimiliki bank. Jadi kalau melihat bank-bank digital itu jauh lebih tinggi wajar karena mereka mematok suku bunga tinggi," ujar Amir.

Dia menjelaskan bahwa bank digital memperoleh pendanaan dengan suku bunga simpanan yang tinggi, dan kemudian menetapkan suku bunga pinjaman kepada debitur yang juga di atas rata-rata industri. Sebagai hasilnya, NIM di bank digital menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan bank-bank besar.

Standard Post with Image
bank umum

Direktur Bank Mandiri Beli Saham Rp 2 M, Apa Alasannya?

Bprnnews.id - Agus Dwi Handaya, Direktur Kepatuhan dan Sumber Daya Manusia di Bank Mandiri (BMRI), membeli sejumlah 350.000 lembar saham perusahaan pada bulan Agustus yang lalu. Dalam pengungkapan informasi, dia mengeluarkan dana sekitar Rp 2,02 miliar untuk transaksi tersebut.

Dengan transaksi pembelian ini, Agus Dwi Handaya kini memiliki kepemilikan saham sebanyak 6.584.100 lembar, atau setara dengan 0,00705%. Agus menyatakan bahwa keputusannya untuk melakukan pembelian ini adalah sebagai wujud kepercayaan pribadinya terhadap Bank Mandiri.

"Oh iya untuk investasi sendiri. Dan itu kan lebih ke bentuk wujud dari pada kepercayaan saya itu punya optimisme ini institusi luar biasa. Itu wujud dari keyakinan kami, karena kami dipimpin pemimpin yang bukan saja melakukan hal terbaik untuk hari ini tapi sudah menyiapkan hal yang terbaik untuk masa depan," katanya pada Jumat, 17 November 2023.

Agus Dwi Handaya menyatakan bahwa Bank Mandiri dikepalai oleh seorang pemimpin yang berkomitmen untuk memastikan kelangsungan perusahaan dalam jangka waktu yang panjang. Dia juga menyiratkan kemungkinan untuk melakukan pembelian lebih lanjut terhadap saham Bank Mandiri di masa mendatang.

"Jadi kenapa saya melakukan itu, karena pemimpin kami karena organisasi ini bukan menjadikan organisasi hanya terbaik masa ini tapi juga udah nyiapin masa depan Mandiri. Insya Allah (borong lagi) kalau ada rezeki," ujarnya.

Pada kesempatan tersebut, Agus Dwi Handaya menceritakan bagaimana Bank Mandiri berhasil meraih prestasi tinggi dalam kurun waktu 2-3 tahun terakhir. Menurutnya, pencapaian tersebut menjadi pondasi utama bagi perusahaan.

"Saya rasa sih ini saatnya, ini momentum Bank Mandiri, karena ini kita posisi selama sejarah Bank Mandiri ini banyak sekali meng-create all time high. Saham tertinggi, laba tertinggi, itu banyak sekali kita ciptakan 2-3 tahun terakhir ini. Harusnya ini, ini akan menjadi modal dasar kita," jelasnya.

Hal tersebut juga menjadi bukti bahwa progres yang dijalankan oleh Bank Mandiri sudah berada pada jalur yang tepat.

"Tapi kan laba yang besar itu mengindikasikan bahwa apa yang kita buat ini memang benar progresnya itu menambah confidence kita ke depannya. Udah ada buktinya. Jadi kalau kita mau ini sama anak-anak (perusahaan), mereka confidence, oh iya ya. Kenapa? Karena udah ada buktinya. Jadi menambah confidence bisa menjadi lebih baik lagi. Kira-kira seperti itu, jadi belilah Saham Mandiri," tutupnya.

Standard Post with Image
bank umum

BI: Faktor Penyaluran Kredit Perbankan Oktober 2023 Meningkat

Bprnews.id - Bank Indonesia (BI) mencatat pertumbuhan penyaluran kredit baru oleh lembaga perbankan pada bulan Oktober 2023. Pertumbuhan ini terlihat dari nilai Saldo Bersih Tertimbang (SBT) yang mencapai 82,1 persen.

"Faktor utama yang mempengaruhi penyaluran kredit baru tersebut antara lain permintaan pembiayaan dari nasabah, tingkat persaingan usaha dari bank lain, serta prospek kondisi moneter dan ekonomi ke depan," kata Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Erwin Haryono dalam keterangan resminya pada Senin, 20 November 2023.

Ia menyampaikan bahwa pembiayaan korporasi pada bulan Oktober 2023 juga menunjukkan pertumbuhan jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Peningkatan ini tercermin dari nilai saldo bersih tertimbang (SBT) pembiayaan korporasi yang mencapai 15,7 persen.

Sumber pembiayaan korporasi berasal dari dana internal perusahaan, diikuti oleh pembiayaan dari lembaga perbankan dalam negeri, dan pemanfaatan fasilitas kelonggaran tarik.

"Di sisi rumah tangga, permintaan pembiayaan baru terindikasi relatif stabil pada Oktober 2023 dengan mayoritas pembiayaan masih dipenuhi dari bank umum," ujar Erwin.

Di samping perbankan, katanya, ada pilihan sumber pembiayaan lain yang lebih diminati oleh rumah tangga untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan. Beberapa sumber pembiayaan tersebut melibatkan koperasi dan perusahaan leasing.

Copyrights © 2024 All Rights Reserved by BPR News