bank umum


Perbankan Lirik Bisnis Paylater, Bagaimana Nasib Kartu Kredit?

Standard Post with Image

BPRNews.id - Persaingan bisnis buy now pay later (BNPL) atau paylater semakin ketat. Banyak bank, termasuk PT Bank Negara Indonesia (BNI), PT Bank CIMB Niaga, dan PT Bank Tabungan Negara (BTN), berencana merambah bisnis paylater. PT Bank Central Asia (BCA) dan PT Bank Mandiri telah lebih dulu memasuki bisnis ini sejak akhir 2023.

BNI berencana menyalurkan pinjaman paylater melalui skema channeling bekerja sama dengan Shopee Paylater. Kerja sama ini dianggap lebih efisien dibandingkan penyaluran pinjaman secara mandiri, mengingat jumlah penyaluran pembiayaan melalui BNPL terbilang kecil. Dalam kerja sama ini, BNI akan menyalurkan dana kepada nasabah Shopee.

Di sisi lain, bisnis kartu kredit bank menghadapi kompetisi yang sengit dengan hadirnya layanan paylater. Meskipun demikian, perkembangan nilai transaksi kartu kredit BNI hingga kuartal II-2024 menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik dengan peningkatan sekitar 10% secara tahunan year on year (YoY). GM Divisi Bisnis Kartu BNI, Grace Situmeang, menyatakan bahwa peningkatan transaksi kartu kredit terutama terjadi di sektor travel dan transportasi. Menurut Grace, kehadiran paylater tidak berdampak langsung pada bisnis kartu kredit karena kedua produk ini memiliki segmen dan pasar yang berbeda.

BNI menerapkan bunga kartu kredit sebesar 1,75% per bulan, sesuai ketentuan regulator. Dengan fokus pada peningkatan customer base, program layanan kartu kredit yang menarik, dan benefit lainnya, nilai transaksi kartu kredit BNI diproyeksikan tumbuh sekitar 15% YoY hingga akhir 2024.

PT Bank Central Asia Tbk (BCA) yang lebih dulu memasuki bisnis paylater mencatatkan jumlah pengguna BNPL mencapai 110.000 nasabah per Mei 2024, tumbuh 108% dibandingkan Desember 2023. Outstanding BNPL BCA mencapai Rp 223 miliar per Mei 2024, tumbuh 94% dibandingkan Desember 2023.

Menurut Santoso Liem, ini menunjukkan animo besar nasabah terhadap produk tersebut. Paylater BCA memiliki limit kredit hingga Rp 20 juta dengan suku bunga cicilan kompetitif mulai dari 0% per bulan untuk 1 dan 3 bulan, serta 1,25% per bulan untuk 6 dan 12 bulan berlaku hingga September 2024. Nasabah BCA dapat memanfaatkan fitur ini untuk pembayaran menggunakan QRIS minimal Rp 100.000.

Meski minat terhadap produk paylater tinggi, BCA melihat animo besar nasabah dalam menggunakan kartu kredit. Hingga Mei 2024, jumlah kartu kredit BCA yang beredar sebanyak 4,52 juta, dengan nilai transaksi tumbuh 16% YoY menjadi Rp 48,2 triliun, didorong oleh pemulihan aktivitas ekonomi masyarakat, terutama di sektor pariwisata, hiburan, dan F&B. Suku bunga kartu kredit BCA berada di level 1,75% untuk transaksi pembayaran dan penarikan tunai.

Direktur Consumer Banking CIMB Niaga, Noviady Wahyudi, menyatakan bahwa Paylater CIMB Niaga akan hadir pada platform perbankan digitalnya, OCTO Mobile dan OCTO Clicks. Produk paylater akan mengedepankan aspek-aspek seperti penilaian kelayakan kredit, transparansi suku bunga dan biaya, perlindungan data pribadi, mekanisme pengaduan, hingga mekanisme penagihan dan pelaporan kolektibilitas yang mengutamakan kepentingan nasabah. Noviady menambahkan bahwa proyeksi kinerja bisnis kartu kredit hingga semester I/2024 menunjukkan pertumbuhan yang baik, didorong oleh peningkatan daya beli masyarakat dan meningkatnya transaksi perjalanan baik domestik maupun internasional.

Senior Vice President Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), Trioksa Siahaan, berpendapat bahwa dengan semakin bertambahnya pemain paylater dari bank, potensi penurunan bisnis kartu kredit akan meningkat. Trioksa menyatakan bahwa bisnis paylater dan kartu kredit bisa saling bersaing di pasar dan berdampak pada kanibalisme satu sama lain mengingat karakteristik yang sama. Tren hingga akhir tahun menunjukkan bahwa bisnis paylater akan semakin naik sementara transaksi kartu kredit akan menurun.

Ekonom Center of Economic and Law Studies (Celios), Nailul Huda, mengungkapkan bahwa pertumbuhan penerbitan kartu kredit secara tahunan hanya 1,5% pada periode 2020-2023, turun dari periode sebelum pandemi. Di sisi lain, pertumbuhan BNPL mampu tumbuh hingga dua digit. Huda menjelaskan bahwa masyarakat Indonesia yang didominasi oleh Gen Z dan Milenial cenderung memilih BNPL dibandingkan kartu kredit, karena administrasi kartu kredit yang lama dan persyaratan historis keuangan yang kompleks membuat masyarakat muda enggan untuk mengajukan kartu kredit.

Direktur Eksekutif Asosiasi Kartu Kredit Indonesia (AKKI), Steve Marta, menyatakan bahwa nilai transaksi bisnis kartu kredit terus meningkat sejak masa pra pandemi. Hal ini menunjukkan bahwa kartu kredit masih diminati sebagai salah satu alternatif alat bayar digital. Steve juga menyebut bahwa meskipun ada pengaruh BNPL terhadap bisnis kartu kredit, terutama untuk customer yang belum pernah memiliki kartu kredit atau ingin membeli sesuatu dengan cara mencicil, secara umum profile customer kartu kredit dan BNPL sedikit berbeda karena sifat dari masing-masing produk.

Menurut Steve, salah satu fitur kartu kredit adalah program cicilan yang mirip dengan BNPL, namun perbedaannya adalah kartu kredit dapat digunakan di semua merchant yang menerima pembayaran dengan kartu kredit, sementara BNPL hanya bisa digunakan di merchant yang bekerja sama dengan pengelola BNPL tertentu. Steve memperkirakan bahwa volume transaksi kartu kredit akan terus meningkat hingga akhir tahun dibandingkan tahun 2023.

 

Share this Post:

TERBARU

Copyrights © 2024 All Rights Reserved by BPR News