Standard Post with Image
REGULATOR

Laba Fintech P2P Lending Naik ke Rp656,8 Miliar per Agustus 2024

BPRNews.id - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) melaporkan bahwa keuntungan dari fintech peer-to-peer (P2P) lending mencapai Rp656,80 miliar hingga Agustus 2024. 

“Laba industri peer-to-peer lending terus mengalami peningkatan, dan pada Agustus 2024 tercatat sebesar Rp656,80 miliar. Ini merupakan kenaikan dari bulan Juli yang juga mengalami peningkatan,” kata Agusman, Kepala Eksekutif Pengawas Lembaga Pembiayaan, Perusahaan Modal Ventura, Lembaga Keuangan Mikro, dan Lembaga Jasa Keuangan Lainnya OJK, dalam konferensi pers di Jakarta pada Selasa.

Agusman menjelaskan, laba tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan posisi bulan Juli yang hanya mencapai Rp383,68 miliar. Peningkatan laba ini terjadi berkat peningkatan pendapatan yang disertai dengan efisiensi biaya operasional perusahaan.

“Penyelenggara peer-to-peer lending diharapkan dapat terus mempersiapkan ekosistem dan infrastruktur yang dimiliki dengan baik, sehingga industri ini bisa tumbuh sehat dan berkelanjutan,” tambahnya.

Selain itu, OJK juga menyampaikan bahwa total pembiayaan yang beredar melalui fintech P2P lending mencapai Rp72,03 triliun per Agustus 2024, dengan pertumbuhan tahunan (yoy) sebesar 35,62 persen. Angka ini lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan yoy bulan Juli yang tercatat 23,97 persen.

“Outstanding pembiayaan di industri fintech peer-to-peer lending pada Agustus 2024 tumbuh 35,62 persen yoy, mencapai Rp72,03 triliun,” ujar Agusman.

Di sisi lain, Tingkat Wanprestasi Pinjaman (TWP90) yang mengindikasikan risiko kredit macet, turun menjadi 2,38 persen dari 2,53 persen pada Juli 2024, yang menurut Agusman menunjukkan risiko kredit tetap terkendali.

Selain itu, sektor Buy Now Pay Later (BNPL) atau Pay Later juga mencatatkan pertumbuhan signifikan, meningkat 89,20 persen yoy dengan total pembiayaan mencapai Rp7,99 triliun pada Agustus 2024.

 

 


 

Standard Post with Image
Bisnis

Indonesia Re Fokus Transformasi Proses Bisnis dan Penguatan Kolaborasi Menghadapi 2025

BPRNews.id - Bank Dunia memperkirakan Indonesia akan mencatatkan pertumbuhan ekonomi rata-rata sebesar 5,1 persen pada periode 2024-2026. Meskipun demikian, tantangan perdagangan global yang melunak dan normalisasi pertumbuhan moderat, serta ketidakstabilan geopolitik, menegaskan pentingnya peran industri asuransi dalam melindungi dari risiko.

Industri asuransi, termasuk Indonesia Re, dihadapkan pada kebutuhan konsolidasi yang kuat untuk bertahan. Portofolio Indonesia Re masih didominasi oleh perjanjian Treaty Proportional dan lini bisnis harta benda (property). Untuk mengatasi tantangan ini, Indonesia Re menyelenggarakan Indonesia Re Treaty Forum 2024 bekerja sama dengan AON, diadakan pada 5-7 September 2024 di Lombok, Nusa Tenggara Barat.

Forum ini menjadi wadah strategis bagi Indonesia Re untuk mempresentasikan kebijakan dan rencana dalam menghadapi pembaruan perjanjian reasuransi otomatis (Treaty) tahun 2025. Direktur Teknik Operasi Indonesia Re, Delil Khaira, menyatakan komitmen perusahaan dalam memperkuat hubungan dengan mitra melalui forum ini. "Kami percaya bahwa melalui diskusi terbuka dan kolaboratif, kita dapat bersama-sama menciptakan solusi yang lebih baik untuk menghadapi tantangan pasar reasuransi, khususnya dalam Treaty Renewal tahun 2025," ujar Delil pada 1 Oktober.

Indonesia Re akan mengevaluasi berbagai aspek pembaruan perjanjian Treaty 2025, melanjutkan kebijakan yang sudah ada dengan fokus pada jaminan Business Interruption dan Basis of Cover. Penguatan administrasi melalui digitalisasi juga menjadi prioritas, salah satunya melalui platform RIU Connect. Transformasi digital ini dianggap penting dalam meningkatkan daya saing di tengah pasar yang semakin menantang.

Dengan strategi yang tepat, Indonesia Re optimistis mampu memberikan nilai tambah bagi mitra bisnis dan menjaga stabilitas program reasuransi. Forum ini diharapkan dapat memperkuat hubungan jangka panjang dan menciptakan sinergi yang lebih baik dalam pengelolaan risiko serta penanganan klaim.

Indonesia Re menyatakan kesiapan menghadapi dinamika pasar reasuransi global dengan inovasi dan transformasi yang berkelanjutan, demi menciptakan pasar yang stabil dan menguntungkan bagi semua pihak.

Standard Post with Image
Bisnis

Peluncuran Central Counterparty, Perkuat Kredibilitas Pasar Derivatif Indonesia di Mata Global

BPRNews.id - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyambut dengan antusias peluncuran Central Counterparty (CCP) pada Senin, 30 September 2024. Acara ini dihadiri oleh perwakilan dari Bank Indonesia (BI), Bursa Efek Indonesia (BEI), dan delapan bank yang turut berpartisipasi dan memberikan modal awal untuk CCP.

Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar, menekankan pentingnya pembentukan CCP bagi pasar derivatif Indonesia, terutama di Pasar Uang dan Pasar Valuta Asing (PUVA). Menurut Mahendra, CCP menjadi salah satu pilar utama dalam reformasi pasar derivatif nasional.

Mahendra menyampaikan bahwa keberadaan CCP akan meningkatkan keamanan dan efisiensi di industri jasa keuangan domestik, terutama dalam hal mitigasi risiko kredit pihak lawan. Hal ini juga akan mempermudah proses kliring dan penyelesaian transaksi derivatif. "Dengan CCP, pasar derivatif di Indonesia akan menjadi lebih teratur, stabil, dan kredibel di mata investor global," ujar Mahendra dalam acara peluncuran yang disiarkan secara daring pada Senin, 30 September 2024.

OJK berkomitmen untuk mendukung penuh pelaksanaan reformasi pasar derivatif over-the-counter sesuai agenda G20. Mahendra mengapresiasi upaya PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) dalam menyiapkan infrastruktur dan regulasi yang diperlukan untuk operasional CCP. CCP sendiri dibentuk berdasarkan amanat Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2023 tentang Pengembangan dan Penguatan Sektor Keuangan (P2SK) serta Financial Stability Board G20.

Gubernur Bank Indonesia, Perry Warjiyo, dalam kesempatan yang sama, mengungkapkan bahwa CCP akan meningkatkan transaksi Domestic Non-Delivery Forward (DNDF) hingga mencapai USD 1 miliar per hari pada 2030, naik 900% dari angka saat ini sebesar USD 100 juta per hari. Selain itu, transaksi repurchase agreement (repo) juga diproyeksikan meningkat dari Rp14 triliun menjadi Rp30 triliun per hari pada 2030.

Perry menambahkan bahwa kenaikan volume transaksi ini diharapkan karena adanya pengurangan risiko dalam transaksi yang terpusat melalui CCP. "Karena tersentralisasi dengan close out netting, maka risiko antar partynya bisa kita minimalkan. Ini menjadi credit risknya yang sangat tinggi," ungkap Perry.

Delapan bank yang berpartisipasi dalam penyetoran modal awal CCP adalah Bank Mandiri, BRI, BNI, BCA, CIMB Niaga, Danamon, Maybank, dan Permata. Pada Agustus 2024, mereka bersama-sama menyepakati pengembangan CCP di PUVA.

Dengan langkah ini, diharapkan pasar derivatif Indonesia semakin dipercaya oleh investor global, menciptakan peluang pertumbuhan yang lebih besar bagi industri keuangan nasional.

Standard Post with Image
UMKM

Peta Jalan OJK untuk Pengembangan Lembaga Pengelola Informasi Perkreditan

BPRNews.id - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) baru meluncurkan peta jalan untuk pengembangan dan penguatan Lembaga Pengelola Informasi Perkreditan (LPIP) yang berlaku dari 2024 hingga 2028. Inisiatif ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi penyaluran kredit, terutama bagi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, menegaskan pentingnya peran LPIP dalam memperluas akses UMKM ke layanan keuangan. Peluncuran peta jalan ini menjadi tonggak pencapaian dalam memajukan LPIP agar dapat mendukung sistem perbankan lebih baik di masa depan.

LPIP berfungsi mengumpulkan dan mengolah data kredit untuk membantu perbankan menilai kelayakan kredit dengan lebih akurat. Ke depan, LPIP akan didorong untuk lebih banyak menyediakan informasi perkreditan guna memperkuat penyaluran kredit bagi UMKM. Strategi ini juga akan diintegrasikan dalam Sistem Pelaporan Kredit nasional.

Namun, Bank Indonesia baru-baru ini melaporkan pelambatan dalam pertumbuhan kredit UMKM. Pada Agustus 2024, penyaluran kredit UMKM hanya tumbuh 4,3 persen secara tahunan, lebih rendah dibandingkan 5,1 persen pada bulan sebelumnya. Salah satu penyebabnya adalah tingginya kredit macet atau Non-Performing Loan (NPL) UMKM, yang menurut pengamat perbankan Paul Sutaryono, mendekati ambang batas 5 persen. Hal ini membuat bank lebih berhati-hati dalam memberikan kredit. Data OJK menunjukkan tingkat NPL UMKM meningkat dari 3,71 persen pada akhir tahun lalu menjadi 4,04 persen pada Juli 2024, didorong oleh berakhirnya kebijakan restrukturisasi kredit akibat pandemi.

Standard Post with Image
UMKM

Kisah Tiga UMKM Tangguh di Tengah Pandemi dan Tantangan Ekonomi

BPRNews.id - Banyak pelaku UMKM yang harus terus berjuang dan beradaptasi, terutama saat menghadapi berbagai rintangan yang tak terduga. Tiga usaha, yaitu K-Wan, Ahza Patchwork, dan Reydi Snack, berhasil bertahan dan berkembang di tengah pandemi dan tantangan ekonomi. Berkat dukungan program J&T Connect Run 2024, mereka mendapat bantuan operasional untuk memperkuat usaha.

Ibu Ning, pemilik K-Wan, memulai usahanya dari rumah dengan menggabungkan hasil rajutannya dengan kain tradisional Indonesia, terutama dari daerah Banten. "Saya bangga bisa menonjolkan budaya Indonesia lewat produk saya," ujarnya. Kegigihan Ibu Ning membuat K-Wan mampu menjangkau pasar yang lebih luas, termasuk galeri UMKM di hotel dan bandara. Namun, Ibu Ning menghadapi kesulitan dalam hal tenaga kerja. "Tidak semua orang bisa merajut atau menjahit, jadi saya sering kali bekerja sendiri," tambahnya. Dengan adanya bantuan mesin bordir dari J&T Express, ia berharap bisa meningkatkan efisiensi produksi.

Ibu Inggrid, yang mendirikan Ahza Patchwork, juga memiliki kisah inspiratif. Setelah keluar dari pekerjaannya untuk fokus pada keluarga, ia belajar menjahit secara otodidak melalui YouTube. Ia pun jatuh cinta pada keterampilan patchwork dan mulai membangun usahanya pada 2015. "Saya suka membuat sesuatu dari bahan sisa. Patchwork ini juga jadi salah satu cara saya untuk mengurangi limbah kain," katanya. Meskipun menghadapi tantangan dalam menemukan tim yang tepat, ia terus mengembangkan usahanya dan menghasilkan berbagai produk, seperti dompet, tas, dan topi.

Cerita inspiratif lainnya datang dari Ibu Lastri, pemilik Reydi Snack, yang memulai usahanya pada 2017 setelah kehilangan suaminya. Meski mengalami banyak tantangan, termasuk kecelakaan yang menyebabkan patah kaki dan rumah produksinya terkena banjir, ia berhasil mengembangkan bisnis cheese stick-nya hingga memiliki 30 reseller di Bekasi. "Semua kalau dilakukan dengan hati yang senang, tidak akan terasa beban. Syukurlah selalu ada berkatnya," kata Ibu Lastri.

Melalui program J&T Connect Run 2024, J&T Express berharap dapat terus mendukung UMKM seperti Ibu Ning, Ibu Inggrid, dan Ibu Lastri untuk tumbuh dan bersaing di pasar yang lebih luas. Bantuan operasional yang diberikan tidak hanya berupa barang, tetapi juga memupuk semangat dan tekad untuk terus maju.

Copyrights © 2024 All Rights Reserved by BPR News