BPRNews.id - PT Indonesia Fintopia Technology (Easycash) berharap Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mempertimbangkan kebijakan batas maksimum manfaat ekonomi atau suku bunga fintech peer-to-peer lending konsumtif tetap berada di level 0,3 persen per hari pada 2025 mendatang.
Direktur Utama Easycash, Nucky Poedjiardjo Djatmiko, menyatakan bahwa evaluasi kebijakan ini penting dilakukan seiring dinamika inklusi keuangan, kinerja industri pinjaman daring, perlindungan konsumen dari pinjaman ilegal, dan kondisi makroekonomi global.
"Kami menghargai langkah OJK untuk mengevaluasi batas suku bunga agar mendukung keberlanjutan industri. Kami berharap suku bunga harian 0,3 persen ini dapat dipertahankan pada 2025 untuk menjaga akses pinjaman masyarakat unbanked dan underbanked," ujar Nucky dalam keterangannya.
Nucky menjelaskan bahwa aksesibilitas tetap menjadi tantangan utama bagi masyarakat yang tidak memiliki riwayat kredit atau jaminan. Tingginya kebutuhan pinjaman dari segmen ini seringkali dimanfaatkan oleh pelaku pinjol ilegal.
"Likuiditas juga menjadi kunci agar platform pinjaman daring berizin tetap dapat menyediakan dana tunai kepada masyarakat, sehingga risiko mereka terjebak oleh pinjaman ilegal bisa ditekan," tambahnya.
Ia juga menekankan bahwa dengan profil risiko peminjam dari segmen unbanked dan underbanked yang lebih tinggi dibandingkan produk keuangan konvensional, kebijakan suku bunga di bawah 0,3 persen bisa mengganggu ketahanan fintech lending. "Penurunan batas ini dapat memengaruhi kemampuan platform untuk memenuhi kebutuhan pendanaan masyarakat," ungkap Nucky.
BPRNews.id - Industri pialang asuransi di Indonesia diharapkan mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi, mengingat perannya diprediksi akan tergeser oleh saluran distribusi berbasis e-commerce pada 2027. Hal ini sejalan dengan peta jalan pengembangan perasuransian 2023-2027 yang dirancang oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Deputi Komisioner Bidang Pengawasan Perasuransian, Penjaminan, dan Dana Pensiun OJK, Iwan Pasila, menegaskan bahwa perubahan ini tidak dapat dihindari. "Teknologi digital adalah sebuah keniscayaan. Pilihan yang ada adalah bagaimana pialang dan perusahaan asuransi dapat mengubah model bisnis mereka untuk memanfaatkan teknologi, melayani nasabah lebih baik, dan memastikan pertumbuhan yang berkelanjutan," ujar Iwan kepada Bisnis pada Kamis (21/11/2024).
OJK, lanjutnya, secara aktif melakukan evaluasi bersama para pelaku industri untuk memastikan mereka dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan digital. Data menunjukkan, hingga semester I/2024, ada 150 perusahaan pialang asuransi yang terdaftar di OJK.
"Meski digitalisasi terus berkembang, kami melihat pialang tetap dibutuhkan di segmen tertentu yang kompleks, seperti asuransi harta benda untuk gedung atau proyek besar," tambah Iwan.
Hingga saat ini, pialang asuransi masih menjadi penyumbang terbesar pendapatan premi asuransi umum. Pada semester I/2024, pialang menyumbang 34,5% dari total premi asuransi umum sebesar Rp57,91 triliun, meningkat dari 32,2% pada periode yang sama tahun lalu. Sebaliknya, kontribusi saluran digital justru turun menjadi 0,8% dari sebelumnya 2,3% pada semester I/2023.
BPRNews.id - Indonesia telah menjadi magnet bagi banyak investor internasional, termasuk bank-bank besar dari Thailand. Daya tarik ini didorong oleh jumlah penduduk yang besar dan pertumbuhan ekonomi yang stabil, menciptakan peluang besar di sektor perbankan nasional.
Salah satu langkah strategis yang diambil adalah akuisisi bank lokal. Bangkok Bank, yang telah berdiri sejak 1944, menjadi contoh utama dengan mengakuisisi PT Permata Bank Tbk (BNLI) pada 2020. Akuisisi ini melibatkan pembelian 89,12 persen saham dari Standard Chartered Bank dan Astra International. Pada tahun yang sama, kantor cabang Bangkok Bank di Jakarta bergabung dengan PermataBank.
“Kami sudah lama mengamati Bank Permata dan melihatnya sebagai institusi yang beroperasi sangat baik,” ujar Presiden Bangkok Bank, Chartsiri Sophonpanich, dalam wawancara di Bangkok pada 21 November 2024. Ia menambahkan, keputusan ini didukung oleh stabilitas ekonomi Indonesia, sistem perbankan yang baik, serta peluang jangka panjang.
Selain Bangkok Bank, Kasikorn Bank (KBank) juga mengikuti langkah serupa dengan mengakuisisi 84,55 persen saham Bank Maspion pada 2023. Kedua akuisisi ini meningkatkan pangsa pasar bank milik investor Thailand di sektor perbankan Indonesia. Pada 2017, aset bank-bank Thailand hanya menyumbang 0,39 persen dari total aset perbankan nasional. Namun, pada Juni 2024, pangsa ini naik menjadi 2,32 persen, dengan kontribusi utama dari PermataBank dan Bank Maspion.
“Kami percaya pada potensi besar Indonesia, terutama dengan kepemimpinan pemerintah yang kuat dan stabilitas jangka panjang,” tegas Chartsiri. Ia juga menyoroti pentingnya jaringan luas dan kapabilitas PermataBank dalam mendukung pertumbuhan layanan perbankan untuk nasabah domestik dan internasional.
Langkah ekspansi ini tidak hanya memperluas jaringan bank-bank Thailand tetapi juga memperkuat integrasi ekonomi antara Indonesia dan Thailand dalam sektor keuangan.
BPRNews.id - Bank Indonesia (BI) telah menyalurkan insentif kebijakan likuiditas makroprudensial (KLM) ke sektor perbankan dengan total mencapai Rp259 triliun hingga akhir Oktober 2024. Gubernur BI, Perry Warjiyo, menjelaskan bahwa dana tersebut dialokasikan ke beberapa kelompok bank, seperti bank BUMN sebesar Rp120,9 triliun, bank umum swasta nasional (BUSN) Rp110,9 triliun, Badan Permusyawaratan Desa (BPD) Rp24,7 triliun, dan kantor cabang asing (KCBA) sebesar Rp2,6 triliun.
“Insentif ini diarahkan ke sektor-sektor prioritas, seperti hilirisasi minerba, pangan, otomotif, perdagangan, listrik, gas dan air, pariwisata, ekonomi kreatif, serta UMKM,” ujar Perry dalam konferensi pers hasil Rapat Dewan Gubernur BI, Rabu (20/11).
Kebijakan KLM ini memberikan pelonggaran kewajiban giro wajib minimum (GWM) untuk bank yang menyalurkan kredit ke sektor-sektor yang ditentukan. Sektor prioritas tersebut meliputi hilirisasi minerba dan non-minerba (pertanian, peternakan, perikanan), perumahan, pariwisata, pembiayaan inklusif (UMKM, KUR, Ultra Mikro), serta pembiayaan hijau.
Perry menambahkan, “Dengan insentif ini, kami mendorong bank untuk memperluas penyaluran kreditnya ke sektor-sektor strategis yang mendukung pertumbuhan ekonomi.”
BPRNews.id - Bank Indonesia meluncurkan program ‘Jelajah UMKM dan Pondok Pesantren’ untuk memacu kemandirian ekonomi dan digitalisasi di Jawa Timur. Program ini berfokus pada sektor pangan strategis melalui pengembangan klaster UMKM dan pondok pesantren, bertujuan meningkatkan kualitas serta daya saing produk lokal.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Jawa Timur, Erwin Gunawan Hutapea, menjelaskan bahwa program ini bertujuan mengedukasi para pemangku kepentingan terkait stabilisasi harga dan digitalisasi, sekaligus mengangkat kisah inspiratif UMKM serta pondok pesantren.
“Jelajah UMKM dan Pondok Pesantren ini merupakan langkah kita untuk mengangkat ke etalase, UMKM dan pondok pesantren yang menurut kita bisa menjadi contoh baik. Ini bisa menjadi inspirasi, sayang kalau cerita ini tidak diketahui oleh orang banyak,” ujar Erwin.
Salah satu pondok pesantren yang menjadi sorotan dalam program ini adalah ‘Pondok Pesantren Amanatul Ummah’, yang memiliki 11 unit usaha di berbagai bidang. Unit usaha ini berkontribusi besar terhadap kemandirian ekonomi pondok pesantren.
Misalnya, Unit Usaha Laundry yang melibatkan warga setempat, khususnya ibu rumah tangga. Unit ini didirikan untuk membantu para santri di enam lembaga pendidikan yang berada di bawah naungan Ponpes Amanatul Ummah, sehingga mereka dapat lebih fokus pada kegiatan belajar tanpa perlu mencuci pakaian sendiri.
Erwin menambahkan, pondok pesantren yang belum berkembang diharapkan dapat termotivasi untuk mengikuti jejak keberhasilan seperti yang dicapai oleh Ponpes Amanatul Ummah.
Melalui program ini, Bank Indonesia tidak hanya mendorong penguatan ekonomi lokal, tetapi juga memfasilitasi penyebaran cerita inspiratif yang diharapkan menjadi pendorong bagi perkembangan UMKM dan pondok pesantren di seluruh Indonesia.